Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

16.000 Bayi Lahir di Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Lebih dari 16.000 bayi telah dilahirkan di berbagai kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh dalam sembilan bulan sejak kerusuhan memaksa mereka meninggalkan rumah mereka di Myanmar, kata seorang juru bicara PBB pada Kamis (17/5).
Anak pengungsi Rohingya memikul barang bawaannya, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui
Anak pengungsi Rohingya memikul barang bawaannya, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, PBB, New York  - Lebih dari 16.000 bayi telah dilahirkan di berbagai kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh dalam sembilan bulan sejak kerusuhan memaksa mereka meninggalkan rumah mereka di Myanmar, kata seorang juru bicara PBB pada Kamis (17/5/2018).

"Lebih dari 60 bayi Rohingya dilahirkan di kamp pengungsi Bangladesh setiap hari," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat (18/5/2018) pagi.

"Itu berarti lebih dari 16.000 bayi dilahirkan dalam sembilan bulan sejak puncak kerusuhan di Negara Bagian Rakhine."

Saat gelombang baru kerusuhan meletus di Negara Bagian Rakhine di Myanmar pada akhir Agustus tahun lalu, beredar laporan mengenai perkosaan dan kekerasan seksual terhadap perempuan serta anak perempuan, kata Haq.

"Perempuan dan anak kecil yang merupakan penyintas kekerasan seksual termasuk di antara yang paling rentan dan tersisihkan di antara lebih dari 800.000 pengungsi Rohingya di Cox's Bazar (di bagian paling selatan Bangladesh). Mereka memerlukan dukungan khusus sementara perempuan dan anak perempuan mungkin tak bisa tampil akibat pandangan negatif dan hukuman lain," katanya.

"UNICEF (Dana Anak PBB), yang bekerjasama dengan mitranya, menyediakan perawatan sebelum dan pasca-kelahiran buat ibu dan bayi mereka," kata wakil juru bicara PBB tersebut.

"UNICEF mengerahkan sebanyak 250 relawan masyarakat untuk memastikan bahwa makin banyak perempuan pergi ke instalasi perawatan kesehatan sebelum dan setelah mereka melahirkan." UNICEF juga menyarankan pendaftaran kelahiran yang layak dan sah buat bayi. Lembaga PBB tersebut khawatir tanpa dokumen itu, bayi akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh akses ke layanan dasar penting padahal mereka berhak memperoleh itu.

Dari semua bayi yang dilahirkan di kamp pengungsi sejak September, hanya sebanyak 3.000 --atau satu dari lima bayi-- dilahirkan di instalasi kesehatan, kata Badan Anak Dunia tersebut. Hanya sebanyak 18 persen ibu saat ini melahirkan di pusat kesehatan.

UNICEF menyatakan lembaga PBB itu juga telah mengerahkan hampir 250 relawan masyarakat untuk memastikan bahwa makin banyak perempuan pergi ke pusat perawatan kesehatan sebelum dan setelah mereka melahirkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA/Xinhua-OANA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper