Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai PPKN Nol, Wali Kota Risma Usulkan Siswa Tak Naik Kelas

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat mengusulkan adanya sanksi untuk siswa SD dan SMP yang nilai mata pelajaran PPKN-nya nol. Risma menyarankan siswa dinyatakan tidak bisa naik kelas atau lulus sekolah jika tak mampu memahami pelajaran soal ideologi Pancasila dan kewarganegaraan ini.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjawab pertanyaan wartawan, seusai menemui pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung Merah Putih, Jakarta, Senin (20/3)./Antara-Reno Esnir
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjawab pertanyaan wartawan, seusai menemui pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung Merah Putih, Jakarta, Senin (20/3)./Antara-Reno Esnir

Bisnis.com, SURABAYA - Para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dituntut untuk lebih memperhatikan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat mengusulkan adanya sanksi untuk siswa SD dan SMP yang nilai mata pelajaran PPKN-nya nol. Risma menyarankan siswa dinyatakan tidak bisa naik kelas atau lulus sekolah jika tak mampu memahami pelajaran soal ideologi Pancasila dan kewarganegaraan ini.

Tri Rismaharini, di Surabaya, Kamis (17/8/2018), mengatakan hal ini telah disampaikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Balai Kota Surabaya, Senin (14/5). Risma meyampaikan usulan itu menyikapi perilaku aneh sewaktu sekolah dari salah satu anak yang menjadi pelaku bom bunuh diri di GKI Jalan Diponegoro.

"Anak itu nilai PPKN-nya nol. Kalau PPKN nol mestinya tidak boleh masuk kelas, dua kali berturut-turut ya dikeluarkan saja," kata Risma.

Anak yang dimaksud Risma adalah salah satu putri dari pelaku bom bunuh diri yakni Dita Oepriarto (bapak) dan Puji Kuswati (ibu), warga Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Dita dan Puji memiliki empat anak yakni YF (18), FH (16), FS (12) dan FR.

Satu keluarga yang melakukan aksi bom bunuh diri itu berbagi peran saat melakukan aksi terornya. Dita meledakkan bom di GPPS Jalan Arjuno, YF dan FH di Gereja Katolik Ngagel dan Puji bersama dua putrinya FH dan FR melakukan bom bunuh diri di GKI Jalan Diponegoro.

Risma mengaku telah bertemu dengan salah satu guru kelas dari anak Dita dan Puji yang sekolah di salah satu SD swasta favorit di Kota Surabaya. Pada saat itu, Risma mendapatkan penjelasan dari guru kelas jika anak tersebut nilai PPKN-nya nol.

Padahal, lanjut dia, dalam mata pelajaran PPKN yang diajarkan di semua sekolah tidak hanya nilai-nilai dalam pancasila melainkan juga sopan santun, toleransi, gotong-royong dan lainnya.

Selain itu, lanjut dia, yang mengagetkan anak tersebut juga sempat bilang ke guru kelas maupun teman-temannya punya keinginan mati sahid. "Katanya juga mau mati sahid," kata Risma.

Mestinya, kata dia, jika ada anak yang mengeluarkan kata-kata mati sahid seperti itu, pihak sekolah segera mengambil sikap untuk mengetahui apa yang terjadi pada siswa itu.

"Bisa saja, anak itu tidak sengaja mengucapkan itu. Tapi kita merasakan aneh," kata Risma.

Risma menilai yang lebih tahu kebiasaan dari anak tersebut adalah guru kelasnya, bukan kepala sekolah. "Ya mungkin yang lebih tahu guru kelasnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper