Bisnis.com, PEKANBARU -- Aksi teror di Mako Brimob pekan lalu salah satunya dipicu kapasitas lapas untuk narapidana teroris yang terbatas. Hal ini turut menjadi perhatian Kapolri menyusul maraknya aksi teror di Tanah Air.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan saat ini pihaknya terus berupaya memperbaiki masalah lapas ini, khususnya yang berkaitan dengan lapas teroris.
"Ini tidak hanya soal ketersediaan lapas dan manajemen lapas, tetapi juga harus ada maksimum security, karena mereka [napi teroris] ini cukup berbahaya, tidak bisa di lapas biasa apalagi digabung dengan tahanan lain," kata Tito, Kamis (17/5/2018).
Napi teroris ini, ujar Tito, berbahaya karena kelompok-kelompok mereka didorong oleh masalah pemahaman. Tentu saja berisiko bila mereka bergabung dengan tahanan biasa.
Seperti diketahui, saat terjadi kerusuhan yang diwarnai penyanderaan petugas di rutan cabang Salemba di Mako Brimob terdapat sebanyak 156 napi teroris. Selain menyebabkan lima anggota Kepolisian meninggal dunia dan empat luka-luka, satu napi teroris juga tewas di lokasi.
Setelah melalui drama penyanderaan puluhan jam, para napi teroris akhirnya menyerahkan diri. Selanjutnya, 155 napi teroris itu dipindahkan ke Lapas di Nusa Kambangan, Jawa Tengah.
Baca Juga
Langkah Kepolisian yang memilih pendekatan lunak atau soft approach demi menghindari jatuhnya banyak korban dalam mengatasi kerusuhan dan penyanderaan di rutan tersebut mendapat apresiasi sejumlah pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel