Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Dapat Menjadi Pionir Ekonomi Asia Tenggara

Indonesia dinilai berpotensi menjadi pionir untuk membawa kawasan Asia Tenggara bersaing di ranah ekonomi global, berhadapan dengan Amerika Serikat, China, dan Jepang.
Direktur Executive Asian-Pasific Economic Cooperation (APEC) Alan Bollard
Direktur Executive Asian-Pasific Economic Cooperation (APEC) Alan Bollard

Kabar24.com, JAKARTA – Indonesia dinilai berpotensi menjadi pionir untuk membawa kawasan Asia Tenggara bersaing di ranah ekonomi global, berhadapan dengan Amerika Serikat, China, dan Jepang.

Direktur Executive Asian-Pasific Economic Cooperation (APEC) Alan Bollard menilai Indonesia memiliki kekuatan dalam permintaan atau konsumsi domestiknya.

Namun, sayangnya terkait cakupan broadband, saat ini Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara anggota APEC lainnya.

“Mungkin di Indonesia terdapat pengguna media sosial yang tinggi dan pengguna platform berbasis seluler. Jadi, katakanlah Indonesia memimpin di sisi konsumsi dan bahkan menjadi salah satu dari pionir sisi konsumsi, tapi menurut saya masih banyak yang harus dilakukan untuk sisi bisnis teknologi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (8/5/2018).

Oleh karena itu, menurut Bollard, salah satu tantangan bagi Tanah Air adalah cara memanfaatkan dan mengembangkan industri teknologi di dalam negeri, khususnya untuk teknologi di bidang agrikultur.

Dia menjelaskan, mesin pendorong ekonomi Indonesia ke depannya dapat dimanfaatkan dari sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), seperti pertanian, kelautan, dan kerajinan yang dibantu oleh pesatnya kemajuan teknologi dan internet lewat cakupan broadband.

“Jika kita bisa mendapatkan wilayah cakupan broadband yang lebih luas dan menguatkan regulasi di sekitar telekomunikasi untuk membantu UMKM, Indonesia memiliki potensi besar di sana,” katanya.

Bollard memandang, revolusi selanjutnya khusus untuk APEC dalam beberapa tahun mendatang adalah dari 100 juta pelaku UMKM, sekitar 50% masuk dalam kegiatan ekspor dan impor. Adapun sisa 50% lainnya masuk ke dalam rantai penawaran lewat pengembangan teknologi.

Adapun selain memberikan fokus untuk kemajuan konektivitas, hal yang tidak dapat dilupakan adalah mengenai soft connectivity atau kemampuan sumber daya manusia. Adapun, kemampuan SDM.

Adapun, kemampuan SDM, menurut Bollard, telah menjadi lebih sulit dipahami di tengah-tengah perubahan teknologi yang begitu cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper