Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Lagi Bahagia, Ilmuwan Berusia 104 Tahun Ini Ingin Meninggal Sukarela

Seorang ilmuwan Australia berusia 104 tahun berangkat ke Swiss untuk mengakhiri hidupnya secara sukarela.
David Goodall (kanan) dan temannya, Carol O'Neill dari Exit International./Istimewa
David Goodall (kanan) dan temannya, Carol O'Neill dari Exit International./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Seorang ilmuwan Australia berusia 104 tahun berangkat ke Swiss untuk mengakhiri hidupnya secara sukarela.

Dilansir dari BBC, Kamis (3/5/3018), David Goodall mengatakan dirinya menyesal telah hidup lama. Ahli di bidang ekologi dan botani ini tidak mengidap penyakit serius tapi ingin mempercepat kematiannya karena merasa terkekang dengan keterbatasannya akibat usia tua serta tidak lagi bahagia.

"Saya tidak bahagia. Saya ingin mati. Hal ini tidak menyedihkan. Yang menyedihkan adalah jika seseorang dihalangi [untuk mati]," ujar Goodall.

Hukum Australia tidak memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan euthanasia. Tahun lalu, ada satu negara bagian yang melegalkan prosedur ini tapi hanya untuk mereka yang sakit parah.

Oleh karena itu, meski sedih harus meninggalkan negaranya, dia harus berangkat ke Swiss yang melegalkan prosedur tersebut.

Hingga beberapa pekan lalu, Goodall tinggal sendirian di sebuah apartemen di Perth, Australia. Dia berhenti bekerja secara penuh pada 1979, tapi masih terlibat dalam berbagai penelitian di bidangnya.

Pencapaiannya dalam beberapa tahun terakhir termasuk mengedit seri buku Ecosystems of the World yang terdiri dari 30 volume dan diangkat sebagai bagian dari Member of the Order of Australia karena karya-karyanya.

Pada 2016, Goodall berhasil mempertahankan pekerjaannya di Edith Cowan University, Perth di mana dia menjadi asisten periset terhormat yang tidak dibayar.

Carol O'Neill, perwakilan dari kelompok advokasi Exit International yang bergerak di meninggal sukarela, mengungkapkan perselisihan yang terjadi ketika Goodall ingin mempertahankan pekerjaannya sangat berdampak terhadap kehidupannya sekarang.

Perselisihan terjadi ketika pihak universitas merasa khawatir pekerjaan itu akan mengganggu keamanannya, termasuk kemampuannya beraktivitas dari satu tempat ke tempat lain. Meski Goodall akhirnya menang, tapi dia terpaksa bekerja dari lokasi yang lebih dekat dengan rumah.

Hal itu terjadi ketika dia juga dipaksa berhenti menyetir dan bermain di teater.

"Itu hanyalah awal dari suatu akhir," ungkapnya.

Goodall juga tidak lagi bisa menemui rekan kerja dan teman-temannya di kantor yang lama. Kebahagiannya pun mulai meredup.

Keputusan Goodall untuk mengakhiri hidupnya dipicu oleh kecelakaan di apartemennya, ketika dia jatuh dan baru ditemukan dua hari kemudian. Tim dokter mengatakan dia membutuhkan perawatan 24 jam atau pindah ke rumah perawatan.

"Dia adalah orang yang independen. Dia tidak mau dikelilingi orang-orang setiap saat. Dia ingin terlibat percakapakan yang cerdas dan masih bisa melakukan hal-hal rutin seperti biasa, seperti naik bis ke kota," tambah O'Neill.

Goodall disebut menginginkan kematian yang damai dan terhormat. Sebelum menuju Swiss, dia akan mengunjungi keluarganya di Prancis.

Di Swiss, Goodall akan ditemani keluarganya. Sebuah petisi online berhasil mengumpulkan dana US$15.000 untuk menerbangkannya di kelas bisnis ke Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : BBC

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper