Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Manufaktur Jepang Ekspansif, Indeks PMI April Tercatat 53,8

Aktivitas manufaktur Jepang berekspansi lebih cepat pada April dibandingkan bulan sebelumnya.
Seorang pekerja berjalan di areal pabrik yang berada di zona industri Keihin, Kawasaki, Jepang (8/3/2017)./.Reuters-Toru Hanai
Seorang pekerja berjalan di areal pabrik yang berada di zona industri Keihin, Kawasaki, Jepang (8/3/2017)./.Reuters-Toru Hanai

Kabar24.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur Jepang berekspansi lebih cepat pada April dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini ditopang oleh laju pesanan baru yang memberikan sinyal bahwa perekonomian Negeri Sakura pulih setelah pelemahan pada kuartal I/2018.

Indeks Pembelian Manajer Manufaktur (PMI) Markit/Nikkei Jepang tercatat tumbuh menjadi 53,8 pada April berdasarkan penyesuaian musiman dari 53,1 pada Maret. Adapun level ini lebih baik daripada perkiraan para ekonom di level 53,3.

“Data untuk April memperlihatkan kecepatan baru dalam pertumbuhan sektor manufaktur Jepang,” kata Joe Hayes, Ekonom IHS Markit, seperti dikutip Reuters, Selasa (1/5/2018).

Kendati demikian, pertumbuhan dalam permintaan baru ekspor melambat tajam karena penguatan yen.

Hal ini menambah risiko ke dalam kinerja sektor ekspor yang intensif dilakukan Jepang. Selain itu, tensi perdagangan global yang semakin memanas belakangan ini turut mempengaruhi kinerja negara yang sangat bergantung terhadap ekspor.

Meskipun begitu, indeks PMI Jepang tetap bertahan di atas ambang batas 50, yang memisahkan ekpansi dari kontraksi untuk 20 bulan berturut-turut. Adapun kini, indeks PMI Jepang dapat tumbuh untuk pertama kalinya selama tiga bulan.

“Tapi sub-komponen indeks pesanan baru ekspor tercatat menurun, meskipun masih tersisa di wilayah ekspansif. Oleh karena itu kenaikan ini hanya memberikan sinyal laju pertumbuhan marjinal,” tambah Hayes.

Adapun yen telah menguat sekitar 3% di hadapan dolar AS sejak awal tahun. Beberapa ekonom memperlihatkan kekhawatiran mereka bahwa ekspor Jepang dapat melemah jika yen terus meningkat. Pasalnya, penguatan yen dapat menekan harga ekpor.

“Pesanan baru ekspor turun untuk pertama kalinya sejak Agustus 2016 karena penguatan yen mempengaruhi kompetitivitas harga. Namun, kenaikan dalam jumlah bisnis baru memberikan sinyal penguatan permintaan domestik” ujar Hayes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper