Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Punya Jurus Hadapi Kampanye Negatif

Presiden Joko Widodo dinilai lihai dalam merespons kampanye negatif yang ditebar oleh lawan politiknya.
Presiden Joko Widodo bersiap melakukan kunjungan kerja di Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/4/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo bersiap melakukan kunjungan kerja di Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/4/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Kabar24.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo dinilai lihai dalam merespons kampanye negatif yang ditebar oleh lawan politiknya.

Silvanus Alvin, pengamat politik dari Universitas Bunda Mulia mengatakan bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu tahu menempatkan posisinya dalam menghadapi kampanye negatif ini.

Kata dia, ada tiga gaya komunikasi politik yang diterapkan Jokowi dalam merespon kampanye negatif. Pertama, counter-imaging atau kontra pencitraan. Bila ada kampanye negatif, Jokowi bersama tim medianya maupun relawan berusaha untuk mengirim pesan-pesan positif ke masyarakat. Misalnya, pesan berupa keberhasilan-keberhasilannya dalam membangun wilayah luar Indonesia.

"Kedua, denial atau bantahan. Salah satu kampanye negatif yang pernah menyerang Jokowi dan sekarang berusaha digulirkan kembali adalah isu PKI. Pada awalnya, Jokowi enggan merespon. Namun, pada 6 Maret 2018 lalu, ia pun memberikan bantahan dengan nada tegas" ungkapnya, Jumat (27/4/2018).

Gaya yang terakhir adalah counter attack atau serangan balik. Hal ini terlihat pada isu utang luar negeri Indonesia saat ini mencapai Rp4.000 triliun dan diserang balik oleh Jokowi dengan mengajak para pengkritik untuk adu data.

Alvin mengatakan, sebenarnya tidak ada yang salah dengan praktik kampanye negatif sebab memberikan gambaran baik atau buruk kandidat-kandidat yang akan dipilih.

Namun, ada batasan yang tak boleh dilanggar. Bila aktor-aktor politik menerapkan strategi komunikasi demikian secara membabi-buta, bukan tidak mungkin kampanye negatif akan berubah jadi kampanye hitam.

"Kampanye hitam memiliki bahaya laten seperti memecah belah bangsa. Hal ini harus dijauhi. Sayang bila tiap pemilu, masyarakat Indonesia dipecah belah dan ketika ada pemimpin baru, 5 tahun pemerintahannya hanya sibuk menyatukan bangsa kembali.

"Masyarakat di sini punya peranan penting. Masyarakat perlu lebih jeli dalam merespon sebuah pesan. Penting menggunakan logika dan fakta, bukan emosi belaka," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper