Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ingatkan Trump, Michael Bloomberg Siap Sokong Dana US$4,5 Juta untuk Kesepakatan Iklim Paris

Mantan Wali Kota New York Michael Bloomberg menyatakan siap memberi cek senilai US$4,5 juta untuk mendanai komitmen finansial Amerika Serikat (AS) tahun ini terhadap Perjanjian Iklim Paris (Paris Climate Agreement).

Kabar24.com, JAKARTA – Mantan Wali Kota New York Michael Bloomberg menyatakan siap memberi cek senilai US$4,5 juta untuk mendanai komitmen finansial Amerika Serikat (AS) tahun ini terhadap Kesepakatan Iklim Paris (Paris Climate Agreement).

Kepada CBS, Bloomberg mengungkapkan harapannya bahwa Presiden AS Donald Trump akan berubah pikiran sehubungan dengan hal tersebut tahun depan.

Miliarder ternama ini menyatakan akan terus mengontribusikan uang untuk pakta tersebut jika Amerika Serikat tidak bergabung kembali, menurut rilis berita dari Bloomberg Philanthropies, badan amal yang ia dirikan.

“Yayasan kami akan menjunjung janji kami untuk mendanai setiap pemotongan pendanaan iklim PBB oleh pemerintah federal,” kata Bloomberg dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.

“Amerika membuat komitmen dan sebagai warga Amerika, jika pemerintah tidak akan melakukannya, kita semua memiliki tanggung jawab,” katanya. “Saya bisa melakukannya. Jadi, ya, saya akan mengirimi mereka cek untuk uang yang dijanjikan Amerika kepada organisasi tersebut, seolah-olah mereka mendapatkannya dari pemerintah federal.”

Trump, lanjutnya, harus bisa mendengarkan orang lain dan mengubah pikirannya. 'Seseorang yang tidak mengubah pemikirannya tidak terlalu pintar, sementara dia [Trump] dikenal [kerap] berubah pikiran,” lanjut Bloomberg, dikutip The Guardian,

Amerika dinilainya bagian dari permasalahan yang ada di dunia. Amerika adalah bagian besar dari solusi dan oleh karenanya harus masuk dan membantu dunia menghentikan potensi bencana.

Kesepakatan iklim Paris yang tercapai pada Desember 2015 mengakui ancaman perubahan iklim serta menetapkan langkah-langkah untuk membatasi kenaikan suhu global.

Kesepakatan itu mengikat AS dan 187 negara lainnya untuk menjaga kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat celcius serta berupaya membatasinya di 1,5 derajat celcius.

Namun pada awal Juni tahun lalu, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian itu, sekaligus menjadikan negara adidaya itu satu-satunya negara yang menentangnya.

Kesepakatan ini dinilai akan menghabiskan biaya triliunan dolar AS, merugikan lapangan pekerjaan, serta menghambat industri negeri Paman Sam.

Banyak eksekutif bisnis menyebut langkah tersebut sebagai pukulan terhadap upaya internasional untuk memerangi perubahan iklim, serta hilangnya kesempatan untuk menangkap pertumbuhan di industri energi bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper