Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Akan Gunakan Senjata yang Diperlukan Untuk Mempertahankan Diri

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya akan membuat atau membeli senjata jika diperlukan dalam mempertahankan diri di tengah konflik yang merundung kawasan Timur Tengah.
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin dan cendekiawan Muslim di Hyderabad, India, Kamis (15/2)./Reuters-Danish Siddiqui
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin dan cendekiawan Muslim di Hyderabad, India, Kamis (15/2)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya akan membuat atau membeli senjata jika diperlukan dalam mempertahankan diri di tengah konflik yang merundung kawasan Timur Tengah.

Rouhani, seperti dilansir Reuters, Rabu (18/4/2018), menyebut Timur Tengah sedang mengalami serangan dari 'kekuatan asing'.

"Kita memberitahu dunia bahwa kita akan memproduksi atau membeli senjata apapun yang dibutuhkan dan tidak akan menunggu persetujuan mereka. Kita akan memberitahu negara tetangga bahwa senjata yang kita miliki bukan untuk menyerang mereka, tapi untuk pencegahan," paparnya dalam upacara Hari Angkatan Bersenjata Iran.

Rouhani melanjutkan Iran ada di kawasan yang tidak biasa dan ada banyak kekuatan asing yang membangun basis militer di sekitarnya.

"Dengan mengacuhkan prinsip hukum internasional, mereka mengintervensi masalah internal kawasan dan menginvasi negara-negara lainnya tanpa seizin PBB," tambahnya.

Seperti diketahui, militer AS, Inggris, dan Prancis tengah menggempur aliansi Iran yaitu Suriah lewat serangan udara. Serangan tersebut dilakukan setelah adanya dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al Assad pada Sabtu (7/4).

Inggris, Prancis, dan Jerman juga telah mengajukan usulan sanksi baru atas Iran kepada Uni Eropa (UE) terkait peran negara itu di Suriah dan misil-misilnya.

Pengajuan usul baru ini dilakukan sebagai upaya merayu Presiden AS Donald Trump untuk tidak keluar dari kesepakatan nuklir damai dengan Teheran pada 2015. Trump telah menunjukkan keinginannya untuk memperpanjang sanksi terhadap Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper