Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Serang Suriah, Inggris Ketakutan Serangan Siber Rusia

Inggris bersiap untuk menghadapi kemungkinan serangan siber dari peretas Rusia atas sektor infrastrukturnya akibat terlibat serangan militer ke Suriah.
Anggota pasukan Suriah memadamkan api di bagian dalam Pusat Riset Sains di Damaskus yang luluh lantak, 14 April 2018./Reuters-Omar Sanadiki
Anggota pasukan Suriah memadamkan api di bagian dalam Pusat Riset Sains di Damaskus yang luluh lantak, 14 April 2018./Reuters-Omar Sanadiki

Bisnis.com, JAKARTA—Inggris bersiap untuk menghadapi kemungkinan serangan siber dari peretas Rusia atas sektor infrastrukturnya akibat terlibat serangan militer ke Suriah.

“Serangan siber sangat mungkin terjadi,” ujar satu sumber intelijen Inggris sebagaimana dikutip Mirror.co.,uk, Senin (16/4).

Sebelumnya, PM Inggris Theresa May juga mendapat kecaman dari sejumlah anggota parlemen karena tidak minta izin untuk melakukan serangan ke Suriah bersama AS dan Prancis.

Disebutkan bahwa para peretas Rusia bisa saja mengeluarkan informasi yang memalukan terkait perilaku para politisi Inggris sebagai bentuk perang kotor. Aksi itu merupakan pembalasan atas pengeboman di Suriah.

Sejumlah petinggi intelijen Inggris juga menkhawatirkan Presiden Vladimir Putin bersekongkol untuk melakukan serangan siber guna menghancurkan infratruktur, termasuk layanan kesehatan, transportasi, dan jaringan listrik.

Pihak intelijen Inggris di markas besar Pertahanan dan Komunukasi Pemerintah menyatakan siap untuk mengantisipasi kemungkinan serangan siber dari Rusia.

AS, Inggris dan Prancis menyerang tiga lokasi yang diduga sebagai tempat gudang senjata kimia kemarin. Senjata kimia milik pemerintah Suriah telah menewaskan sedikitnya 75 orang di Douma.

Tadi malam Presiden Putin menyebut serangan rudal ke Suriah sebagai agresi militer dan menyebutkan dampak dari kehancuran itu akan mempengaruhi perdamaian dunia.

Menlu Inggris Boris Johnson mengatakan Moskow memiliki catatan sejarah serangan siber dan telah mengganggu pengembangan demokrasi di negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper