Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel Selidiki Facebook

Israel sedang menjalankan penyelidikan terhadap Facebook Inc. mengenai kemungkinan pelanggaran kerahasiaan data pribadi milik rakyat, kata Kementerian Kehakiman, Kamis (22/3/2018).
Pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg berbicara di panggung saat  konferensi  tahunan Facebook F8 di San Jose, California, AS, 18 April 2017./Reuters
Pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg berbicara di panggung saat konferensi tahunan Facebook F8 di San Jose, California, AS, 18 April 2017./Reuters

Kabar24.com, YERUSALEM - Israel sedang menjalankan penyelidikan terhadap Facebook Inc. mengenai kemungkinan pelanggaran kerahasiaan data pribadi milik rakyat, kata Kementerian Kehakiman, Kamis (22/3/2018).

Penyelidikan dilakukan setelah berbagai laporan muncul bahwa perusahaan konsultan Inggris, Cambridge Analytica, telah secara tidak benar mendapatkan data para pengguna Facebook.

Penyelidikan akan dipusatkan pada upaya untuk mengetahui "apakah data pribadi rakyat Israel telah secara ilegal digunakan, yang merupakan pelanggaran terhadap kerahasiaan pribadi dan aturan-aturan seperti yang ditetapkan Undang-undang Kerahasiaan Pribadi Israel", kata kementerian dalam pernyataan.

Menurut peraturan hukum Israel, , data pribadi hanya bisa digunakan untuk tujuan tertentu dan sepengetahuan orang yang bersangkutan.

Jaringan media sosial terbesar dunia tersebut sedang menghadapi peningkatan pengawasan oleh pemerintah negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat.

Pengawasan lebih ketat dilakukan setelah muncul tuduhan oleh seorang pembocor rahasia bahwa Cambridge Analytica telah secara tidak benar mendapatkan informasi para pengguna untuk membuat gambaran soal para pemilih Amerika, yang kemudian digunakan untuk membantu Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada 2016.

Pemimpin Perusahaan Facebook Mark Zuckerberg telah menjanjikan akan mengambil langkah-langkah lebih ketat untuk mencegah informasi para pengguna dapat diakses orang lain.

Baik Facebook maupun Cambridge Analytica menyalahkan ilmuwan yang memberikan data itu, Aleksandr Kogan.

Kogan mengumpulkan data-data dengan menyebarkan jajak pendapat melalui aplikasi di Facebook. Kogan mengatakan bahwa dirinya dijadikan kambing hitam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper