Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Usir 23 Diplomat Rusia Terkait Serangan Terhadap Mantan Agen Rahasia

Inggris mengusir 23 diplomat Rusia setelah serangan terhadap mantan agen rahasia Sergei Skripal pada awal bulan ini.
Sergei Skripal berdiri di balik jeruji di ruang tahanan pengadilan Moskow, Agustus 2006./kyivpost.com-Press Service of Moscow District Millitary Court
Sergei Skripal berdiri di balik jeruji di ruang tahanan pengadilan Moskow, Agustus 2006./kyivpost.com-Press Service of Moscow District Millitary Court

Bisnis.com, JAKARTA -- Inggris mengusir 23 diplomat Rusia setelah serangan terhadap mantan agen rahasia Sergei Skripal pada awal bulan ini.

Seperti dilansir dari Reuters, Kamis (15/3/2018), Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengatakan 23 diplomat tersebut memiliki waktu sepekan untuk meninggalkan Inggris. Ke-23 diplomat itu diklaim sebagai anggota intelijen.

May juga menyatakan Inggris mencabut kembali undangan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk berkunjung serta menunda pertemuan tingkat tinggi antara London dan Moskow. Terkait Piala Dunia 2018 yang bakal digelar di Rusia pada pertengahan tahun ini, Inggris tidak akan mengirim menteri atau anggota keluarga kerajaan ke acara tersebut.

Inggris pun bakal membekukan aset-aset Rusia yang dinilai dapat mengancam keamanan nasional, menyusun regulasi baru untuk meningkatkan pertahanan dari aktivitas yang mengancam negara, serta memperketat pengecekan penerbangan pribadi, bea cukai, dan kargo.

"Banyak dari kita yang melihat era pasca-Soviet dengan harapan. Kami ingin memiliki hubungan yang lebih baik dan sangat tragis bahwa Presiden Putin memilih bersikap seperti ini," paparnya.

Inggris sebelumnya telah memberikan batas waktu hingga Selasa (13/3) tengah malam bagi Rusia untuk menjelaskan keterlibatan mereka terhadap serangan kepada Skripal. Namun, Rusia tidak merespons hal itu.

Langkah tersebut dinilai mengecewakan oleh Inggris. Penggunaan racun berbahaya yang menyerang syaraf dalam serangan itu dipandang sebagai sebuah pelanggaran hukum oleh Rusia kepada Inggris.

Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan Moskow bakal melakukan perlawanan balik.

"Pemerintah Inggris telah mengambil pilihan untuk melakukan konfrontasi terhadap Rusia," demikian pernyataan resminya.

Dalam kesempatan terpisah, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyampaikan kembali bantahan keterlibatan Moskow dalam peristiwa itu dan meminta Inggris memberikan bukti.

"Kami meminta bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan Rusia ditampilkan," ujarnya.

Seperti diketahui, Skripal dan putrinya ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri di sebuah bangku di pusat perbelanjaan di Salisbury pada Minggu (4/3). Keduanya langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Pada 2004, Skripal ditahan badan intelijen Rusia karena dituding mengkhianati rekan-rekannya sesama agen Rusia ke badan intelijen Inggris. Namun, pada 2010 dia mendapat pengampunan dari Presiden Dmitry Medvedev sebagai bagian dari sebuah program pertukaran mata-mata.

Pertukaran mata-mata itu mencakup 10 agen Negeri Beruang Merah yang ditahan di AS. Pertukaran yang dilakukan di bandara di Wina, Austria itu merupakan yang terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin pada 1991.

Sejak tinggal di Inggris, Skripal tidak lagi menjadi sorotan hingga akhirnya ditemukan tak sadar di Salisbury.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper