Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Inflasi AS Dirilis, Kekhawatiran Pasar Berkurang

Rilisnya data inflasi Amerika Serikat setidaknya mengurangi kekhawatiran pasar terkait laju kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed), untuk saat ini.

Bisnis.com, JAKARTA — Rilisnya data inflasi Amerika Serikat setidaknya mengurangi kekhawatiran pasar terkait laju kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed), untuk saat ini.

Data Ketenagakerjaan AS memperlihatkan bahwa indeks harga konsumsi (CPI) Negeri Paman Sam berada di level 0,2%. Meskipun sesuai perkiraan pasar, angka tersebut di bawah pencapaian sebelumnya di level 0,5%. Adapun laju inflasi inti berada di level 1,8% secara tahunan (YoY) atau sesuai dengan perkiraan, dan sama dengan periode sebelumnya.

Data Departemen Ketenagakerjaan tersebut membuat kepercayaan pasar akan kenaikan suku bunga The Fed bisa naik hanya tiga kali tahun ini.

Kurangnya dorongan yang kuat kali ini bisa menenangkan pasar keuangan. Pasalnya, bulan lalu pasar keuangan sempat resah lantaran data upah tenaga kerja dan data harga konsumen naik lebih cepat daripada ekspektasi.

Data indeks harga konsumsi yang terakhir sebelum pertemuan The Fed pekan depan mengindikasikan bahwa laju inflasi akan naik secara gradual tanpa kejutan besar.

Volatilitas di saham dan obligasi yang melonjak awal bulan lalu terjadi karena investor terlalu khawatir tentang laju kenaikan suku bunga The Fed.

Pejabat bank sentral diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan The Fed sekitar 25 basis poin pekan depan. Selain itu, mereka juga diprediksi akan mengumumkan tentang proyeksi perekonomian dan suku bunga tahun ini.

“The Fed tidak terlalu dalam tekanan untuk mengetatkan kebijakan,” kata Steve Ricchiuto, Chief U.S. Economiest Mizuho Securities, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (14/3).

Adapun, pejabat The Fed menargetkan inflasi tahunan sebesar 2%. Akan tetapi, peningkatan level harga masih berada di bawah target selama enam tahun ini.

Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James Financial di St. Petersburg, Florida, mengatakan bahwa laporan data inflasi Februari ini memperlihatkan laju gradual dari kenaikan inflasi.

Sementara itu, Stephen Stanley, Kepala Ekonom Amherst Pierpont Securities mengatakan bahwa data inflasi Februari ini tampak sebagai “ketenangan sebelum badai datang”. Pengandaian itu menjelaskan bahwa inflasi dalam basis tahunan masih berpotensi naik dalam tiga bulan kedepan.

Di sisi lain, laporan inflasi terbaru hanya mempengaruhi sentiment pasar untuk sementara waktu. Indeks S&P 500 menguat sementara imbal hasil obligasi melemah.

Akan tetapi, laporan data inflasi ini cukup netral dan dengan cepat segera tertutupi oleh berita politik yang lebih besar. Sekitar 10 menit setelah rilis data inflasi, terdengar laporan bahwa Presiden Donald Trump telah memecat Sekretaris Negara Rex Tillerson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper