Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Inggris: Rusia Kemungkinan Besar Bertanggung Jawab Atas Serangan Terhadap Skripal

Perdana Menteri Inggris Theresa May menyatakan kemungkinan besar Rusia bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpa mantan agen rahasia Negeri Beruang Merah, Sergei Skripal, dan putrinya.
Sergei Skripal berdiri di balik jeruji di ruang tahanan pengadilan Moskow, Agustus 2006./kyivpost.com-Press Service of Moscow District Millitary Court
Sergei Skripal berdiri di balik jeruji di ruang tahanan pengadilan Moskow, Agustus 2006./kyivpost.com-Press Service of Moscow District Millitary Court

Bisnis.com, JAKARTA -- Perdana Menteri Inggris Theresa May menyatakan kemungkinan besar Rusia bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpa mantan agen rahasia Negeri Beruang Merah, Sergei Skripal, dan putrinya.

Pernyataan itu disampaikan May ketika bertemu dengan Parlemen Inggris, Senin (12/3/2018) waktu setempat.

Seperti dilansir dari Reuters, Selasa (13/3/2018), dia mengatakan bisa jadi Pemerintah Rusia terlibat langsung dengan peristiwa itu atau menyerahkan zat syaraf berbahaya untuk digunakan oleh pihak lain dan meracuni Skripal.

Seperti diketahui, Skripal dan putrinya yang bernama Yulia tiba-tiba tak sadarkan diri setelah terpapar zat tak dikenal di dekat pusat perbelanjaan di Salisbury, Inggris pada Minggu (4/3/2018).

Pada 2004, Skripal ditahan badan intelijen Rusia karena dituding mengkhianati rekan-rekannya sesama agen Rusia ke badan intelijen Inggris. Namun, pada 2010 dia mendapat pengampunan dari Presiden Dmitry Medvedev sebagai bagian dari sebuah program pertukaran mata-mata.

Pertukaran mata-mata itu mencakup 10 agen Negeri Beruang Merah yang ditahan di AS. Pertukaran yang dilakukan di bandara di Wina, Austria itu merupakan yang terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin pada 1991.

Sejak tinggal di Inggris, Skripal tidak lagi menjadi sorotan hingga akhirnya ditemukan tak sadar di Salisbury.

Hubungan antara Inggris dan Rusia merenggang sejak pembunuhan mantan agen KGB Alexander Litvinenko. Dia meninggal setelah meminum teh hijau yang mengandung polonium-210, sebuah isotop radioaktif yang langka dan sangat kuat.

Inggris menduga pembunuhan yang terjadi pada 2006 itu disetujui oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Pihak Kremlin telah membantah tuduhan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper