Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilpres 2019, Tantangan Untuk Jokowi Sangat Besar

Pengamat politik yang juga Peneliti Senior LIPI Siti Zuhro mengatakan pada pemilu presiden 2019 tantangan untuk calon petahana, Presiden Joko Widodo sangat besar
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Menpora Imam Nahrawi (kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) dan Ketua Inasgoc Erick Thohir (kedua kanan) meninjau Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (26/2)./ANTARA-Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Menpora Imam Nahrawi (kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) dan Ketua Inasgoc Erick Thohir (kedua kanan) meninjau Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (26/2)./ANTARA-Wahyu Putro A

Kabar24.com, JAKARTA—Pengamat politik yang juga Peneliti Senior LIPI Siti Zuhro mengatakan pada pemilu presiden 2019 tantangan untuk calon petahana, Presiden Joko Widodo sangat besar.

Sebelumnya, pada akhir pekan lalu Presiden Joko Widodo secara resmi kembali dicalonkan sebagai R1 oleh partai utama pendukung pemerintah, PDI Perjuangan, dalam rapat kerja nasional partai berlambang kepala banteng tersebut di Bali.

“Karena banyak perkembangan dinamika politik yang luar biasa yang juga menyentuh pondasi aspirasi masyarakat. Jadi dianggap menyentuh keinginan masyarakat yang fundamental, ada ketidakpuasan, ada rasa kohesifitas yang terancam,” ujarnya, Senin (26/2).

“Kalau tidak bisa mengelola bukan jadi satu kekuatan ini nanti semacam tantangan untuk Pak Jokowi itu tidak kecil,” lanjutnya.

Sehingga, kata dia, Joko Widodo harus tepat dalam menentukan calon pendampingnya pada 2019. Dia mengakui dalam menghadapi tantangan itu, sosok Jusuf Kalla memang masih yang paling ideal untuk mendampingi Joko Widodo.

Namun, kata dia, pertanyaannya adalah apakah pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla masih akan digandrungi pada pemilu presiden 2019. Dia berasumsi ada perbedaan suasana politik maupun aspirasi pada pemilu presiden 2014 dibandingkan nanti, 2019.

“Kalau menurut saya beda 2014 beda 2019, jadi ada nuansa yang tidak bisa kita sama persiskan. Kehendak masyarakat itu untuk memiliki calon pemimpin baru, seorang pemimpin baru atau memang ingin [pemerintah] ini ada kelanjutan. Kalau ini sudah terjawab Pak Jokowi bisa bernawaitu,” ujarnya.

Dia pun menilai, pemilu presiden 2019 lebih tidak bisa diprediksi karena Indonesia belum pernah melakukan kontestasi politik serupa secara serentak sebelumnya.

Dia menyebut, melihat rekam jejak pemilu Indonesia sejak 1999 hingga 2014 belum ada satu partai memenangkan pemilu dengan suara terbanyak berturut-turut. 

“Hanya sekali, PDI Perjuangan menang pada 1999. Pada 2004 Golkar, pada 2009 Demokrat, 2014 PDIP lagi. Ketika sudah jadi partai penguasa apakah mampu nanti menjaga ritme suaranya. Itu yang jadi pertanyaan besar,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper