Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Irak Butuh Rp1.200 Triliun Untuk Benahi Infrastruktur Pasca Perang

Dana yang diperlukan untuk membangun kembali Irak pasca perang dengan ISIS diperkirakan mencapai US$88 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun.
Asap mengepul dari posisi militan Negara Islam (IS) setelah serangan artileri oleh pasukan Irak di Mosul barat, Irak pada 18 Juni 2017. REUTERS / Erik De Castro
Asap mengepul dari posisi militan Negara Islam (IS) setelah serangan artileri oleh pasukan Irak di Mosul barat, Irak pada 18 Juni 2017. REUTERS / Erik De Castro

Bisnis.com, JAKARTA - Dana yang diperlukan untuk membangun kembali Irak pasca perang dengan ISIS diperkirakan mencapai US$88 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun.

Dari jumlah tersebut, sekitar US$23 miliar akan digunakan dalam restorasi jangka pendek. Sementara itu, US$65 miliar lainnya untuk pembangunan jangka menengah.

"Membangun kembali Irak berarti mengembalikan harapan ke negara kami. Mengembalikan stabilitas Irak berarti mengembalikan stabilitas negara kami dan dunia," ujar Menteri Perencanaan Irak Salman Al Jumaili seperti dilansir Reuters, Senin (12/2/2018).

Pekan ini, para donor dan investor berkumpul di Kuwait untuk membicarakan upaya-upaya pembangunan kembali ekonomi serta infrastruktur Irak. Perang dengan ISIS, yang sempat menguasai sepertiga wilayah Irak, telah menghancurkan banyak infrastruktur negara Timur Tengah itu.

Deklarasi kemenangan atas ISIS diumumkan pada Desember 2017, setelah seluruh daerah yang dikuasai telah kembali ke tangan pemerintah. Tujuh provinsi yang mendapat serangan dari ISIS menderita kerugian sebesar US$46 miliar, termasuk hancurnya 147.000 unit residensial, dan kerugian di sisi militer senilai US$14 miliar.

Miliaran dolar AS lainnya hilang sebagai akibat kerusakan tidak langsung terhadap perekonomian negara tersebut. Irak telah merilis daftar 157 proyek yang memerlukan investasi.

Sejumlah proyek yang masuk dalam daftar adalah bandara Mosul, pengembangan transportasi, pertanian, dan membangun kembali industri terkait minyak seperti petrokimia dan pengolahan minyak. Namun, pembangunan rumah, rumah sakit, sekolah, jalan, bisnis, dan telekomunikasi menjadi kunci utama.

Negara-negara di dunia bisa ikut membantu dengan berperan sebagai penjamin pemberi utang, sehingga memungkinkan Irak menarik pinjaman lunak untuk membiayai proyek infrastruktur.

Sementara itu, berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengharapkan bantuan kemanusiaan senilai US$330 juta atau sekitar Rp4,5 triliun untuk Irak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper