Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berbagi Sekaligus Mengurangi Limbah Makanan di Italia

Seorang wanita muda di Roma dengan hati-hati mengambil jeruk dan kubis segar yang ditumpuk rapi di keranjang makanan. Seorang antropolog, Francesco Fanoli, membagikannya secara gratis.
Francesco Fanoli dan Yacouba Sangare memilah sayuran dari kios-kios di pasar Alberone/Reuters
Francesco Fanoli dan Yacouba Sangare memilah sayuran dari kios-kios di pasar Alberone/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – Seorang wanita muda di Roma dengan hati-hati mengambil jeruk dan kubis segar yang ditumpuk rapi di keranjang makanan. Seorang antropolog, Francesco Fanoli, membagikannya secara gratis.

Wanita tersebut mengambilnya dengan penuh rasa syukur dan mengatakan dia tidak dapat memiliki pekerjaan apapun karena tidak memiliki kartu identitas, sementara dirinya memiliki seorang bayi.

Berikutnya, sejumlah roti dari Viola de Andrade Piroli, seorang guru pilates yang baru saja dibelinya dari toko terdekat. Roti itu juga diterima dengan rasa syukur.

Beberapa saat kemudian, Maria Roccatelli yang berusia 91 tahun muncul mengenakan jaket hijau besar dan syal tebal musim dingin. Dia duduk di atas kursi roda yang didorong oleh anaknya.

Mereka mengisi dua kantong plastik besar dengan nanas, jeruk, kacang, sawi putih dan kembang kol untuk ditempatkan di keranjang tersebut. Ini akan membantu mereka selama seminggu, ujar Roccatelli, yang tinggal di sebuah apartemen terdekat.

Roccatelli mengetahui proyek itu dari orang asing di jalan. "(Orang itu) mengatakan kepada saya, Pergilah ke sana, mereka memberi makanan kepada orang tak mampu, jadi saya datang. Semuanya membantu,” ungkap Rocatelli kepada Thomson Reuters Foundation.

Sejak September, Fanoli dan Andrade Piroli telah menghabiskan Sabtu sore di pasar terbuka Alberone, yang berjarak beberapa stasiun dari tempat-tempat wisata di Roma, untuk membujuk penjaga toko untuk memberikan makanan yang tidak terjual dan membantu orang-orang yang kelaparan.

Begitu pasar tutup, mereka memasang kotak kardus dengan tanda tulisan tangan, "raccolta e distribuzione gratis" ("makanan dan kebutuhan gratis") dan memberikan semuanya.

Dalam sebuah negara yang bangga akan produknya dan dengan pasar makanan yang legendaris, inisiatif seperti ini menjadi keunikan tersendiri, karena membantu orang tak mampu dan mengurangi limbah makanan.

Berbagi Sekaligus Mengurangi Limbah Makanan di Italia

Foto: Reuters

Limbah Makanan

Makanan adalah pilar budaya di Italia, namun survei pemerintah terbaru terhadap 400 keluarga menunjukkan bahwa tiap keluarga menyisakan makanan hingga 85 kg, senilai 8,5 miliar euro (US$10,49 miliar) dalam satu tahun. Angka tersebut turun dari 145 kg per keluarga tiap tahunnya pada tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut didorong oleh undang-undang pemerintah Italia yang disahkan tahun 2016 untuk membatasi pemborosan makanan, sehingga lebih mudah untuk menyumbangkan makanan yang tersisa atau tidak terjual.

Roberto Moncalvo, presiden asosiasi pertanian Italia Coldiretti mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan, tanda-tandanya kemajuannya cukup bagus.

"Pada tahun 2017, enam dari 10 orang yang kami wawancarai mengatakan bahwa mereka telah mengurangi limbah makanan. Ini menjadi tanda bahwa keluarga sekarang menyadari masalah ini," katanya, seperti dikutip Reuters.

Luas Pasar Alberone hanya mencakup satu jalan pendek, tapi pada hari Sabtu, Fanoli dan Andrade Piroli mengumpulkan 99 kg makanan yang mungkin bisa membusuk jika tidak dibagikan.

"Pada awalnya kami mengumpulkan antara 30 sampai 50 kg, kemudian mulai meningkat. Sekarang kami rata-rata mengumpulkan 130, 150 kg setiap hari Sabtu," ujar Andrade Piroli.

Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), secara global, sepertiga dari makanan yang diproduksi, senilai hampir US$1 triliun, terbuang setiap tahunnya.

Kritikus mengatakan bahwa limbah pangan ini bukan hanya tidak etis di tengah meningkatnya tingkat kelaparan global, namun juga merusak lingkungan.

Sebagian besar sampah dihasilkan di rumah tangga, namun skema pasar meningkatkan kesadaran, kata Paulo Hutter, yang mengelola sebuah organisasi non-pemerintah, Eco dalle Città.

Organisasinya merekrut pencari suaka dari negara Afrika untuk mengumpulkan, mendaur ulang dan mendistribusikan makanan yang tidak terjual di Porta Palazzo, pasar terbuka terbesar di Eropa yang terletak di kota Turin, Italia.

“Hal ini bertujuan untuk mendorong hubungan yang lebih baik antara masyarakat dan untuk menunjukkan bahwa relawan Afrika melakukan sesuatu yang berguna untuk orang miskin," katanya.

Proyek di Turin, yang didukung oleh perusahaan biokimia Italia, Novamont, saat ini berhasil mengumpulkan sekitar 400 kg produk yang tidak terjual setiap hari.

Saat ini, mereka mencari mitra dari sektor swasta yang dapat membantu memperluas proyek tersebut, baik dengan mengumpulkan lebih banyak orang dan mengembangkan Pasar Alberone, atau memulai proyek serupa di tempat lain.

Untuk saat ini, Andrade Piroli dan Fanoli berterima kasih kepada pemilik kios yang telah membantu proyek mereka, seperti Roberta Cantalini, seorang penjual buah dan sayuran.

"Bagi saya, inisiatif ini berguna. Ini bagus untuk membantu orang, tapi terkadang ada orang yang tidak membutuhkannya dan masih mengambil makanan gratis," kata pria berusia 48 tahun itu.

Andrade Piroli mengungkapkan, setengah toko di pasar Alberone saat ini mendukung proyek tersebut. Ia juga kerap berbincang kepada pemilik toko untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa mata pencaharian mereka dipertaruhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper