Kabar24.com, JAKARTA — Alhamdulillah. Menjadi kata pembuka atau penutup bagi rombongan kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke lima negara Asia Selatan, 24 – 29 Januari 2018.
Setidaknya ditunjukkan dari ekspresi dua menteri Kabinet Kerja di akun sosial media milik mereka.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam akun instagram @retno_marsudi, mengunggah dua foto saat berkunjung ke Istana Arg, Afghanistan.
“Alhamdulillah, kunjungan Presiden RI ke Kabul, Afghanistan, berlangsung lancar dan aman,” tulisnya.
Lain lagi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang mengekspresikan berakhirnya kunjungan ke Arghanistan lewat twitter.
Dengan tagar #alhamdulillahsudahpulang, Pramono menceritakan kelucuan dan ketegangan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki yang menggunakan selimut pesawat Kepresidenan Indonesia - 1 sebagai syal untuk mengurangi rasa dingin.
Dia juga menggungah foto Menlu Retno dan Komandan Paspampres melakukan sujud syukur setelah memasuki pesawat saat akan tinggal landas dari bandara internasional Hamid Karzai, Kabul.
Rasa syukur yang menyelimuti rombongan Presiden dapat dimaknai dari berbagai sisi. Salah satunya terkait serangan teror bom mobil di Kabul, ibu kota Afghanistan beberapa hari menjelang jadwal kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo.
Bagi seorang kepala negara, berkunjung ke sebuah wilayah di yang tengah terjadi serangan terror berisiko tinggi. Maka wajar Komandan Pasukan Pengamanan Presiden ( Paspampres) Mayjen TNI (Mar) Suhartono dalam aku instagramnya @suhartono323 juga bersyukur misi pengamanan Presiden aman dan lancar.
“Alhamdulillah misi pengamanan VVIP dalam rangka kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Kabul-Afghanistan selesai, aman dan lancer…” tulisnya dalam kalimat foto deskripsi foto.
Keberadaan Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo di Kabul, Afghanistan terbilang singkat, tidak kurang dari enam jam. Senin (29/1), Jokowi dan rombongan tiba di Kabul, Afghanistan pada pukul 11.40 waktu setempat dan meninggalkan Kabul pada pukul 17.25 waktu setempat.
Kunjungan singkat Presiden ke Afghanistan tergolong singkat, tetapi tampak memberi kesan bagi kedua kepala negara. Dalam keterangan tertulis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, dalam pertemuan Tete-a-Tete alias empat mata, keakraban Jokowi dan Ghani terlihat jelas.
“Tidak ada ketegangan yang memperlihatkan mereka berada di kota yang baru diguncang ledakan bom beberapa jam sebelumnya” tulis Bey.
Menurutnya, bagi dunia, kehadiran Presiden Jokowi dan Ibu Negara di Kabul, Afghanistan seperempat hari terlalu singkat. Akan tetapi, bagi Presiden sudah cukup untuk menggambarkan keteguhan hatinya yang ingin perdamaian segera terwujud di Afghanistan.
Begitu juga bagi Presiden Gani, kehadiran Presiden Jokowi sudah cukup untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu memberikan jaminan keamanan kepada tamu negara dan perdamaian harus segera diwujudkan.
“Kedatangan Yang Mulia tidak perlu membawa emas, tapi membawa hujan dan salju. Hujan dan salju merupakan berkah bagi kami. Salju dan hujan tidak pernah memilih akan turun pada orang kaya atau orang miskin,” ungkap Presiden Ghani.
Serangan teror bom, terbukti tidak membuat Jokowi ciut menyambangi Kabul. Demikian juga sebelumnya, saat Kepala Negara mengunjungi mengunjungi kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar.
Pilihan Jokowi untuk tetap berkunjung ke tempat-tempat tersebut, tidak lain untuk membuktikan perkataannya. “Perdamaian bukan situasi yg datang dari langit. Perdamaian harus diupayakan,” kata Presiden Jokowi.”katanya.