Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebih 100.000 Pengungsi Rohingnya Terancam Terseret Longsor

Lebih dari 100.000 pengungsi Rohingya yang berhimpitan di tempat penampungan kumuh dan berlumpur di Bangladesh terancam menjadi korban longsor saat musim hujan pada pertengahan tahun dimulai, demikian laporan lembaga humaniter PBB.
Tim Kemanusiaan Rumah Zakat bersama sejumlah anak dari pengungsi Rohingya di Jamtoli Camp, Bangladesh, Minggu (28/1/2018)/Istimewa
Tim Kemanusiaan Rumah Zakat bersama sejumlah anak dari pengungsi Rohingya di Jamtoli Camp, Bangladesh, Minggu (28/1/2018)/Istimewa

Kabar24.com, JENEWA--Lebih dari 100.000 pengungsi Rohingya yang berhimpitan di tempat penampungan kumuh dan berlumpur di Bangladesh terancam menjadi korban longsor saat musim hujan pada pertengahan tahun dimulai, demikian laporan lembaga humaniter PBB.

Saat ini tercatat lebih dari 900.000 pengungsi Rohingya di area Cox's Bazar, Bangladesh, setelah hampir 700.000 orang melarikan diri dari gelombang kekerasan di Myanmar mulai pada akhir Agustus tahun lalu.

Banyak lembaga kemanusian mengatakan bahwa tempat penampungan bagi para pengungsi itu sangat tidak layak.

"Pemetaan resiko bencana longsor dan banjir menunjukkan bahwa sedikitnya 100.000 orang berada dalam bahaya besar. Mereka harus segera direlokasi ke tempat baru atau ke pemukiman terdekat yang mereka tempati saat ini," demikian laporan PBB.

"Kurangnya lahan masih menjadi tantangan utama mengingat tempat-tempat penampungan itu sangat padat sehingga memunculkan situasi hidup yang sangat sulit. Tidak ada lagi tempat untuk fasilitas bantuan," kata laporan PBB.

"Di samping itu, kepadatan pengungsi membuat resiko kesehatan semakin meninggi dan memudahkan penyebaran penyakit seperti wabah difteri yang kini sudah mulai menyebar di sebagian area pengungsian," kata mereka.

Meski program vaksinasi nampak berhasil menghentikan resiko penyebaran wabah kolera, saat ini penderita dan terduga penderita difteri sudah tercatat mencapai 4.865 orang. Sebanyak 35 di antara mereka sudah meninggal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga kini sudah melakukan vaksinasi difteri terhadap lebih dari 500.000 pengungsi Rohingya. Lalu pada Sabtu, para pekerja WHO mulai memberikan vaksinasi lanjutan kepada 350.000 anak-anak.

WHO juga memberikan 2.500 dosis anti-toxin, yang kini mengalami kelangkaan cadangan secara global, untuk menangani dampak mematikan dari penyakit difteri.

Namun kini muncul resiko kesehatan baru, penyakit gondok. Laporan PBB menunjukkan adanya peningkatan kasus gondok selama beberapa pekan terakhir. Para pengungsi Rohingya maupun warga Bangladesh setempat belum pernah menerima vaksinasi penyakit yang bisa menular dengan cepat itu.

Meskipun gondok jarang menyebabkan kematian, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi seperti meningtis.

Sebagian besar pengungsi Rohingya--sekitar 585.000 orang--kini bertahan di area yang sangat padat bernama Kutupalong-Balukhali.

"Sebagian besar lahan pengungsian ini tidak cocok untuk pemukiman manusia karena beresiko besar terkena banjir dan langsor. Area itu juga semakin buruk karena sangat padat," kata laporan PBB.

"Banjir dan longsor yang akan terjadi sepanjang musim hujan akan membuat situasi bertambah sangat buruk," kata laporan yang sama.

Beberapa laporan lain menunjukkan bahwa semua jalanan di sekitar tempat penampungan tidak bisa lagi diakses dengan truk besar sehingga organisasi Program Pangan Dunia (WFP) tengah mempertimbangkan menggunakan kuli angkut untuk mendistribusikan makanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper