Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepanikan Landa Cryptocurrency

Harga bitcoin meluncur ke bawah US$10.000 untuk pertama kalinya sejak November 2017, seiring dengan berlanjutnya aksi jual terhadap cryptocurrency (mata uang digital).
Bitcoin turun/Ilustrasi
Bitcoin turun/Ilustrasi

Kabar24.com, JAKARTA – Harga bitcoin meluncur ke bawah US$10.000 untuk pertama kalinya sejak November 2017, seiring dengan berlanjutnya aksi jual terhadap cryptocurrency (mata uang digital).

Cryptocurrency terpopuler di dunia tersebut merosot ke US$9.199,59 pada Rabu pagi (17/1) waktu setempat, dengan penurunan hampir 19% dalam waktu 24 jam, menurut data CoinDesk.

CoinDesk diketahui melacak harga dari bursa pertukaran cryptocurrency Bitstamp, Coinbase, itBit, dan Bitfinex. Harga bitcoin kemudian dilaporkan mampu rebound ke US$10.123 pada 11.56 pagi ET (Rabu pukul 11.56 malam WIB).

Terakhir kali bitcoin menyentuh harga di bawah US$10.000 adalah pada 30 November. Aset digital ini kemudian melonjak ke rekor tertingginya yakni US$19.783,21 di CoinDesk pada Desember, namun sejak itu mengalami penurunan secara bertahap.

Dengan harga saat ini, bitcoin telah mengalami penurunan hampir 50% dari rekornya. Nilai pasarnya dilaporkan telah turun lebih dari US$30 miliar dalam 24 jam.

“Fokus [pasar cryptocurrency] telah beralih ke peraturan bersifat negatif dengan headline dari Korea Selatan, China, dan bahkan headline kecil dari Prancis dan Amerika Serikat,” terang Ari Paul, Chief Investment Officer di perusahaan investasi cryptocurrency BlockTower Capital, seperti dikutip dari CNBC, Kamis (18/1/2018).

“Berita-berita ini memiliki efek yang luar biasa karena cryptocurrency secara keseluruhan telah overbought dan sentimen mencapai level euforianya, sehingga menentukan tahap untuk koreksi tajam seperti yang kita lihat,” lanjutnya.

Kepanikan Landa Cryptocurrency

Sementara itu, ethereum dan ripple, dua aset digital terbesar posisi kedua dan ketiga setelah bitcoin, terus bergerak ke bawah. Menurut data CoinMarketCap, ethereum diperdagangkan 15% lebih rendah di kisaran US$885 per koin, sedangkan ripple turun hampir 14% menuju sekitar US$1,02.

Aksi jual memukul cryptocurrency sesaat setelah Menteri Keuangan Korea Selatan, Kim Dong-yeon, menyatakan negara tersebut masih mempertimbangkan penutupan bursa pertukaran cryptocurrency.

Berita tentang langkah Korea Selatan, salah satu pasar cryptocurrency terbesar di dunia, tersebut mulai menekan perdagangan mata uang digital pekan lalu serta mendorong harga bitcoin dan sejumlah aset digital papan atas lainnya turun tajam.

“Aksi yang kita lihat mungkin tampak dramatis namun sangat normal untuk pasar ini,” kata Mati Greenspan, senior market analyst di eToro. “Penurunan ini telah membawa kita kembali ke harga yang diperdagangkan sekitar sebulan yang lalu untuk sebagian besar koin.”

Greenspan mengatakan pada Selasa (16/1) investor Korea Selatan dan Jepang kerapkali membayar premi sebesar 20% atau lebih per koin. Namun pada hari Rabu (17/1), kondisi tersebut tampaknya menurun.

Pemerintah Korsel merencanakan peningkatan peraturan yang mencakup kemungkinan larangan atas aktivitas bursa pertukaran mata uang digital. Menteri Keuangan Kim Dong-yeon menyatakan penutupan bursa pertukaran cryptocurrency masih menjadi pilihan. Namun, ia menegaskan tindakan itu harus terlebih dahulu melalui diskusi yang serius di antara kementerian.

Adapun China, yang pertama kali mulai menargetkan industri tersebut tahun lalu, dikabarkan meningkatkan tekanannya terhadap perdagangan cryptocurrency, terutama platform online dan aplikasi mobile yang menawarkan layanan seperti bursa pertukaran.

Menurut sumber terkait, seperti dilansir Bloomberg, pemerintah China berencana untuk memblokir akses domestik ke platform-platform rumahan dan luar negeri yang memungkinkan perdagangan terpusat.

Pihak otoritas juga disebut akan menargetkan individual dan perusahaan yang menyediakan layanan pembuatan, settlement, dan kliring pasar untuk perdagangan terpusat. Meski demikian, transaksi peer-to-peer kecil tidak ditargetkan.

Pihak regulator di beberapa negara lain pun meningkatkan pengawasan terhadap cryptocurrency di tengah kekhawatiran atas spekulasi yang berlebihan, pencucian uang, dan penghindaran pajak.

Charles Hayter, chief executive CryptoCompare, mengatakan banyak yang memperkirakan pasar cryptocurrency akan menurun.

“Pasar sangat terlalu panas dan secara signifikan tergelincir dari trennya. Sebagian besar investor telah memperkirakan koreksi dan pembalikan ini,” ujar Hayter.

Hayter mengatakan bahwa rasa panik telah memicu aksi jual. Namun ia menambahkan bahwa masih sulit untuk mengatakan ke mana pasar cryptocurrency selanjutnya akan menuju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper