Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Diminta Lebih Terbuka Soal Perdagangan dan Investasi

Dana Moneter Internasional (IMF) meminta China untuk lebih terbuka dalam hal perdagangan dan investasi jika ingin menjadi pemimpin dalam arus globalisasi.
Kereta Cargo yang menghubungkan China dan France sedang berada di Stasiun Kereta Api Wujiashan, Wuhan, Provinsi Hubei, 6 April 2017./Xinhua
Kereta Cargo yang menghubungkan China dan France sedang berada di Stasiun Kereta Api Wujiashan, Wuhan, Provinsi Hubei, 6 April 2017./Xinhua

Kabar24.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional (IMF) meminta China untuk lebih terbuka dalam hal perdagangan dan investasi jika ingin menjadi pemimpin dalam arus globalisasi.

Dalam pidatonya di Asia Financial Forum di Hong Kong pada awal pekan ini, Deputi Direktur IMF David Lipton mengapresiasi seruan China agar negara-negara di dunia terus mendukung arus globalisasi. Dia pun memuji kemauan Negeri Panda untuk menjadi lokomotif dalam memacu globalisasi.

Namun, dia melihat China justru belum benar-benar mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang terbuka. Ha itu membuat upaya negara tersebut dalam mendorong globalisasi, terlihat setengah-setengah.

"Kami percaya bahwa kepemimpinan yang efektif dan kredibel dalam mendukung globalisasi juga membutuhkan kemauan untuk mengenali dan mengatasi kekurangannya sendiri," kata Lipton merujuk kepada Pemerintah China, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (15/1/2018).

Perwakilan IMF tersebut secara lebih spesifik menyoroti kebijakan Pemerintah China yang tak memberikan perlindungan kepada hak kekayaan intelektual, intervensi yang berlebih pada sektor industri melalui subsidi, dan tindakan diskriminasi kepada perusahaan swasta dan asing.

Salah satu intervensi berlebih Pemerintah China pada industri nasional adalah di sektor baja. Seperti diketahui, negara tersebut memberlakukan subsidi yang besar pada produk baja ekspor, sehingga harganya lebih murah di pasar global. Hal itu pun memicu kemarahan dari AS dan Eropa yang merasa dirugikan.

Lipton menilai, kebijakan itu berpeluang memicu aksi balasan dari AS dan Eropa, sehingga menciptakan perang dagang. Alhasil, perekonomian global yang selama ini mendapat dorongan dari pulihnya sektor perdagangan, berpeluang kembali tertekan.

Selain itu, dia juga meminta China untuk mempercepat upayanya untuk membawa sektor keuangan ke pijakan yang lebih stabil, dengan cara menekan tingkat utang nasional.  Seperti diketahui, sektor finansial Negeri Panda kini tengah diliputi oleh ancaman gelembung tingkat utang domestik.

“China telah membuat kemajuan pesat dalam persoalan ini. Akan tetapi penting bagi China untuk mempertahankan usaha ini . Pasalnya, ketidakstabilan keuangan akan merusak kemajuan ekonomi dan sosial negara tersebut yang luar biasa," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper