Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aprindo Bali: Penutupan 5 Outlet Hardys Murni Masalah Internal

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali meminta pengusaha ritel tidak panik dengan adanya penutupan 5 outlet dari 9 outlet Hardys yang diambil alih oleh PT Arta Sedana Retailindo.
Jaringan ritel Hardys di Bali./Istimewa
Jaringan ritel Hardys di Bali./Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali meminta pengusaha ritel tidak panik dengan adanya penutupan 5 outlet dari 9 outlet Hardys yang diambil alih oleh PT Arta Sedana Retailindo.

Ketua Aprindo Bali Gusti Ketut Sumardayasa menegaskan kondisi ekonomi Bali masih menjanjikan untuk dunia usaha, khususnya industri ritel. Penutupan 5 outlet Hardys murni masalah internal manajemen yang sangat pelik.

Dia juga menampik anggapan penutupan ini terjadi karena pengaruh perlambatan ekonomi serta dampak dari meningkatnya belanja daring. Penegasan ini meluruskan isu liar di media sosial di Bali yang berkembang saat ini.

“Pertumbuhan ekonomi di Bali justru berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yakni 6,01% pada kuartal III/2017, berbanding nasional yang hanya 5,06%. Selain itu, konsumsi masyarakat cukup baik walaupun sempat mengalami penurunan pada akhir tahun akibat pengaruh erupsi Gunung Agung, yang berpengaruh pada pendapatan masyarakat yang dominan ditunjang dari sektor pariwisata,” tegas Gusti melalui pernyataan tertulis, Kamis (11/1/2018).

Dia menjelaskan gejala-gejala permasalahan di internal Hardys sebenarnya sudah mulai terlihat sejak pertengahan 2016, baik dari sisi kelengkapan barang maupun permasalahan dengan pihak supplier dan perbankan. Tampaknya, lanjut Gusti, permasalahan itu tidak bisa diselesaikan oleh manajemen baru. Pihaknya juga mengaku belum bisa menghubungi pemilik baru Hardys.

Sekretaris Aprindo Bali Abdi Negara mengharapkan peritel di Pulau Dewata tidak panik menyikapi kondisi ini. Pemerintah pun diharapkan turun tangan dan segera melakukan koordinasi dan komunikasi dengan para pihak terkait, termasuk Aprindo Bali untuk menyikapi efek domino yang bisa saja terjadi.

“Ini harus dilihat sebagai sebuah kejadian luar biasa, karena penutupan ini termasuk skala besar,” jelasnya.

Abdi sepakat bahwa masalah internal manajemen menjadi penyebab. Kondisi penurunan daya beli masyarakat yang sempat terjadi pada akhir 2017 tidak serta merta dapat menimbulkan permasalahan skala besar jika manajemen dapat melakukan pengelolaan dengan baik.

Sektor industri daring yang juga sering dituding sebagai biang keroknya menurutnya tidak bisa dikambinghitamkan karena secara nasional omzetnya tidak lebih dari 1,6% dari total omzet ritel nasional.

“Apalagi di Bali dan dengan segmentasi menengah ke bawah yang masih awam berbelanja online pada barang-barang grocery,” terangnya.

Aprindo Bali mengaku siap melakukan pendampingan dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk sama-sama menyikapi hal ini. Pelaku usaha diajak bergandengan tangan, saling mendukung untuk kemudian bisa bangkit bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper