Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Baru, NTB Siap Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Memasuki tahun yang baru, provinsi Nusa Tenggara Barat tentunya memiliki target dan resolusi baru yang siap dicapai, termasuk resolusi dalam hal pertumbuhan ekonomi.
Sejumlah wisatawan berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Pantai Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (10/10). /Antara
Sejumlah wisatawan berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Pantai Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (10/10). /Antara

Kabar24.com, MATARAM -- Memasuki tahun yang baru, provinsi Nusa Tenggara Barat tentunya memiliki target dan resolusi baru yang siap dicapai, termasuk resolusi dalam hal pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada rentang 5,1%-5,5% dengan permintaan domestik sebagai motor penggeraknya. Sementara itu, secara lebih khusus, pertumbuhan ekonomi NTB tahun ini diperkirakan berada pada rentang 5,3%-5,6%.

Bahkan, untuk pertumbuhan ekonomi non-tambang, NTB optimistis bisa mencapai angka 5,8% hingga 6,2%. Optimisme tersebut muncul lantaran ditopang dengan peningkatan investasi dan perbaikan ekspor.

Sebagai salah satu provinsi yang tengah dilirik sebagai kawasan investasi, Nusa Tenggara Barat perlu mengoptimalkan momentum guna memberikan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian daerah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono mengatakan selama 2017, NTB menghadapi tantangan perekonomian yang tidak ringan. Salah satunya disebabkan oleh terbatasnya kuota ekspor tembaga yang berdampak pada terkontraksinya ekspor luar negeri.

"Peran konsumsi masih terbatas, masih belum dapat mendorong perekonomian non tambang yang tertahan oleh melambatnya investasi," ujar Prijono.

Kendati demikian, Prijono menyebut, stabilitas harga di NTB relatif terkendali.

Hal ini merupakan dampak dari peran serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, serta mengkomunikasikan kebijakan pengendalian inflasi.

Sebagai bank sentral, BI memetakan tiga momentum ekonomi yang harus dapat dimanfaatkan provinsi Nusa Tenggara Barat guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Momentum pertama adalah perbaikan ekonomi global yang berpotensi mendorong peningkatan ekspor, baik barang maupun jasa. NTB berpeluang dalam meningkatkan ekspor barang dari sektor pertanian maupun ekspor jasa di sektor pariwisata.

"Saat ini pola konsumsi berubah dengan cenderung meningkatnya kebutuhan rekreasi yang menjadi momentum untuk meningkatkan pariwisata NTB yang telah dibangun," ujar Prijono.

Momentum kedua adalah era ekonomi digital yang diiring dengan perkembangan teknologi yang signifikan. Kemajuan teknologi tersebut harus dipandang sebagai momentum positif untuk menciptakan efisiensi dalam perekonomian serta meningkatkan produktivitas di sektor riil.

"Kami memandang ini saat yang tepat untuk mendorong UMKM NTB bisa naik kelas melalui metode pemasaran yang terarah serta diiringi peningkatan kualitas produk UMKM," ujarnya.

Peningkatan investasi juga menjadi poin penting yang harus digarisbawahi guna meningkatkan ekonomi daerah NTB. Investasi adalah kunci bagi pertumbuhan ekonomi NTB untuk bisa berkembang dan proyek-proyek infrastruktur yang telah dikerjakan dapat berjalan sesuai rencana.

Secara terpisah, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Dinas PMPTSP) NTB Lalu Gita Ariyadi menyebutkan, pada triwulan III/2017 laju investasi NTB memang melambat sekitar -3,07%. Namun, jika dinilai dari sisi kinerja investasi yang masuk sudah mencapai 101%.

"Triwulan III/2017 ini sudah sebesar Rp7,073 triliun, kalau dibandingkan dengan triwulan III/2016 yang sebesar Rp7,297 triliun memang sedikit melambat," ujar Gita.

Badan Pusat Statistik NTB mencatat, pada Desember 2017, NTB mengalami inflasi sebesar 0,85%, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 128,79 pada November 2017 menjadi 129,88 pada Desember 2017. Angka inflasi ini berada di atas angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,71%.

Kendati memiliki kesempatan untuk memanfaatkan momentum yang ada, tidak dapat dipungkiri bahwa ditengah optimisme perbaikan ekonomi, masih terdapat beberapa risiko dan tantangan yang perlu mendapat perhatian.

Risiko tren pengetatan kebijakan moneter negara maju yang berpotensi memicu pengembalian modal di negara berkembang. Selain itu, di sektor keuangan, fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya pulih seperti yang diharapkan.

Gubernur NTB TGH Zainul Majdi sebelumnya pernah menekankan, ekonomi NTB harus tumbuh positif yang berasal dari proses transaksi-transaksi yang sehat, seperti dari kemajuan sektor andalan misalnya pertanian, pariwisata, dan industri lainnya di NTB.

“Ekonomi NTB tidak boleh tumbuh dari transaksi-transaksi underground, seperti transaksi narkoba dan transaksi-transaksi lainnya yang bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku di Indonesia,” tegas Majdi.

Tren pertumbuhan ekonomi NTB yang selalu positif, bahkan di atas rata-rata nasional menjadi tantangan besar bagi semua stakeholders terkait untuk terus bekerja keras mempertahan pertumbuhan tersebut.

Terlebih lagi, saat ini kondisi ekspor sektor tambang hanya mengandalkan pada penjualan konsentrat saja. Beda halnya jika sudah berskala industri dengan pembangunan smelter di NTB.

Menurut Madji, jika pembangunan smelter tersebut telah terlaksana, maka akan berpengaruh besar pada angka pertumbuhan ekonomi daerah karena segala prosesnya ada di daerah dan akan memunculkan industri baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper