Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duta Besar AS: Status Final Yerusalem di Tangan Palestina dan Israel

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa status terakhir Yerusalem menjadi keputusan antara Palestina dan Israel.
Gedung Putih di Washington DC, AS/Reuters-Jason Reed
Gedung Putih di Washington DC, AS/Reuters-Jason Reed

Kabar24.com, JAKARTA - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa status terakhir Yerusalem menjadi keputusan antara Palestina dan Israel.

Komentar Haley muncul setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump menarik kecaman dari para pemimpin dunia, termasuk sekutu dekat AS, dengan mengakui kota yang disengketakan tersebut sebagai ibu kota Israel.

Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Rabu (6/12) waktu setempat, Trump juga mengumumkan bahwa AS akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

“Jika Anda perhatikan, dalam pidatonya, Presiden [Trump] menegaskan untuk tidak membicarakan batas atau batasan. Tidak ada kelompok luar yang harus memutuskan seperti apa status terakhirnya,” kata Haley dalam wawancara dengan Fox News Sunday, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (11/12/2017).

Ketika ditanya apakah Yerusalem Timur bisa menjadi ibu kota negara Palestina, Haley mengatakan bahwa AS akan menghormati keputusan apapun yang dicapai kedua belah pihak.

Haley mengatakan bahwa keputusan Trump justru dapat mempercepat proses perdamaian. Komentarnya menegaskan pernyataan Penasihat Keamanan Nasional H. R. McMaster pada 3 Desember bahwa pemindahan kedutaan besar AS ke Yerusalem dapat memberi momentum untuk perundingan damai.

Masyarakat internasional menganggap sektor timur Yerusalem sebagai wilayah yang diduduki dan berpendapat bahwa status terakhir Yerusalem harus dinegosiasikan, tidak diumumkan secara sepihak.

Mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel penuh dengan implikasi agama dan politik karena sektor timur kota tersebut, tempat beberapa situs kuno tersuci dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam, juga diklaim oleh warga Palestina sebagai ibu kota negara di masa depan.

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Minggu (10/12) kembali menegaskan penolakannya terhadap keputusan AS di Yerusalem. Macron, bersama sejumlah pemimpin dunia lainnya, mengecam langkah Trump yang dikawatirkan dapat memicu kekerasan baru sekaligus mengubur harapan penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina.

Senator Ben Cardin dari Maryland, pemimpin Partai Demokrat dalam komite Hubungan Luar Negeri AS, mengatakan pada hari Minggu bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel namun Trump gagal melihat kebutuhan untuk melibatkan banyak pihak dalam proses perdamaian.

“Presiden [Trump] merusak keamanan nasional Amerika dan posisi kita di dunia karena ketidakmampuannya untuk menggunakan diplomasi dengan cara yang benar,” kata Cardin kepada ABC.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper