Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Negara yang Menentang Pengakuan Amerika Atas Yerusalem Ibu Kota Israel

Negara-negara Arab dan masyarakat Muslim di seantero Timur Tengah pada Rabu (6/12/2017) mengecam pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Kompleks Al Aqsa atau Haram Al Sharif, yang meliputi Masjid al-Aqsa dan Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu dengan kubah emasnya, di Yerusalem Timur terlihat dari Bukit Zaitun./Antara
Kompleks Al Aqsa atau Haram Al Sharif, yang meliputi Masjid al-Aqsa dan Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu dengan kubah emasnya, di Yerusalem Timur terlihat dari Bukit Zaitun./Antara

Kabar24.com, LONDON - Negara-negara Arab dan masyarakat Muslim di seantero Timur Tengah pada Rabu (6/12/2017) mengecam pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Mereka menganggap pengakuan itu sebagai langkah yang memanas-manasi wilayah yang bergejolak.

BACA : PDIP Dukung Palestina Merdeka, Kritik Keputusan Donald Trump soal Yerusalem

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam pidato yang direkam sebelumnya, mengatakan Yerusalem merupakan "Ibu Kota abadi Negara Palestina" dan bahwa langkah Trump itu sama saja dengan Amerika Serikat sedang melepaskan peranannya sebagai penengah perdamaian."

Putaran terakhir perundingan perdamaian Israel-Palestina yang ditengahi Washington buyar pada 2014. Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-bangsa menyuarakan kehawatiran atas keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan besar AS di Israel ke Yerusalem.

Mereka juga mengkhawatirkan akibat yang ditimbulkan Trump terhadap upaya untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Israel-Palestina. Banyak negara sekutu AS juga menentang pembalikan kebijakan AS bertahun-tahun serta kebijakan luar negeri AS atas Yerusalem.

Prancis menentang keputusan "sepihak" itu dan, pada saat yang sama, meminta agar semua pihak di kawasan tetap tenang.

Inggris

Inggris mengatakan langkah Trump itu tidak membantu upaya perdamaian dan bahwa Yerusalem pada akhirnya harus dibagi untuk Israel dan negara Palestina di masa depan. Jerman menyatakan bahwa status Yerusalem harus ditentukan melalui kerangka penyelesaian dua-negara.

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan pengakuan atas Yerusalem merupakan keputusan yang berbahaya dan mengancam kredibilitas Amerika Serikat sebagai mediator perdamaian Timur Tengah.

SIMAK : China Protes Indonesia karena Nelayannya Ditangkap

Ia mengatakan bahwa langkah tersebut akan memundurkan proses perdamaian berpuluh-puluh tahun serta mengancam stabilitas kawasan, dan mungkin stabilitas dunia.

Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, mengatakan pengakuan Trump atas Yerusalem merupakan "hukuman mati bagi siapa pun yang mengupayakan perdamaian" dan menyebut langkah itu sebagai "peningkatan (ketegangan) yang berbahaya".

Mesir Menentang

Mesir, yang memajukan kesepakatan perdamaian pertama antara Arab dan Israel pada 1979, menentang keputusan Trump dan mengatakan bahwa pengakuan presiden AS itu tidak mengubah status hukum Yerusalem yang disengketakan.

Jordania, negara Arab kedua yang membuat perdamaian dengan Israel pada 1994, mengatakan langkah Trump merupakan tindakan yang "gugur secara hukum" karena keputusannya itu merupakan penguatan terhadap pendudukan Israel di wilayah timur kota, yang disengketakan dalam perang Timur Tengah pada 1967.

Turki dan Prancis

Turki menyebut pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai langkah "yang tidak bertanggung jawab".

Iran "sangat mengutuk" langkah Trump karena pengakuannya itu melanggar resolusi-resolusi PBB terkait konflik Israel-Palestina.

Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang berupaya menimbulkan ketidakstabilan di kawasan dan memulai perang untuk melindungi keamanan Israel.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ia tidak mendukung langkah "sepihak" Trump.

"Keputusan ini patut disayangkan dan Prancis tidak setuju. (Pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel) bertentangan dengan semua resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Macron di Aljir.

"Status Yerusalem merupakan masalah keamanan internasional yang mengkhawatirkan masyarakat internasional. Status Yerusalem harus ditentukan oleh Israel dan Palestina dalam kerangka perundingan di bawah pengawasan PBB," tegas Macron.

Komentar PBB

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan tidak ada alternatif terhadap penyelesaian dua-negara antara Israel dan Palestina dan bahwa Yerusalem merupakan masalah penentuan status yang harus diselesaikan melalui perundingan langsung.

Sementara itu, Israel menyambut baik langkah Trump. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam pesan melalui video yang direkam sebelumnya bahwa pengakuan Trump itu merupakan "sebuah langkah penting menuju perdamaian" dan "tujuan Israel sejak semula."

Netanyahu menambahkan bahwa kesepakatan perdamaian dengan Palestina harus mencakup pengakuan bahwa Yerusalem merupakan Ibu Kota Israel dan ia mendesak semua negara untuk mengikuti langkah yang telah dicontohkan Trump.

Dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Trump menunjukkan bahwa ia tidak peduli dengan peringatan yang berdatangan dari seluruh dunia bahwa pengakuan itu berisiko menimbulkan konflik memburuk terhadap situasi di Timur Tengah, yang sudah ricuh.

Yerusalem merupakan tempat suci bagi para penganut Islam, Yahudi dan Kristen. Wilayah timur kota itu direbut oleh Israel dalam perang 1967 dan dinyatakan oleh Palestina sebagai ibu kota negara independen mereka kelak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper