Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

'Jokowinomics', Tantangan di Balik Optimisme Proyek Presiden

Paradigma ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai banyak pujian dari pelaku bisnis. Meski demikian, keberhasilan proyek-proyek Jokowi berpotensi memunculkan tantangan baru yang butuh antisipasi.
Bedah buku 'Jokowinomics Sebuah Paradigma Kerja', di Gedung Soetopo, STPMD APMD Jogja, Selasa (5/12/2017), dengan narasumber Direktur Utama Bank BPD DIY Bambang Setiawan, Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antarlembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi, yang juga Direktur Keuangan PT Wika Beton Muhammad Syafii, Dosen Ilmu Komunikasi STMD APMD Tri Agus Susanto dan Direktur Pemberitaan 'Bisnis Indonesia' Arif Budisusilo./JIBI
Bedah buku 'Jokowinomics Sebuah Paradigma Kerja', di Gedung Soetopo, STPMD APMD Jogja, Selasa (5/12/2017), dengan narasumber Direktur Utama Bank BPD DIY Bambang Setiawan, Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antarlembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi, yang juga Direktur Keuangan PT Wika Beton Muhammad Syafii, Dosen Ilmu Komunikasi STMD APMD Tri Agus Susanto dan Direktur Pemberitaan 'Bisnis Indonesia' Arif Budisusilo./JIBI

Kabar24.com, YOGYAKARTA - Paradigma ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai banyak pujian dari pelaku bisnis. Meski demikian, keberhasilan proyek-proyek Jokowi berpotensi memunculkan tantangan baru yang butuh antisipasi.

Optimisme dan kewaspadaan itu menjadi benang merah dalam bedah buku Jokowinomics Sebuah Paradigma Kerja, di Gedung Soetopo, STPMD APMD Yogyakarta, Selasa (5/12/2017). Narasumber dalam diskusi tersebut meliputi Direktur Utama Bank BPD DIY Bambang Setiawan, Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antarlembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi, yang juga Direktur Keuangan PT Wika Beton Muhammad Syafii, Dosen Ilmu Komunikasi STMD APMD Tri Agus Susanto dan Direktur Pemberitaan Bisnis Indonesia Arif Budisusilo.

Mereka menyampaikan beragam perspektif dalam meneropong buku yang bercerita tentang program Jokowi tersebut.

Direktur Utama Bank BPD DIY Bambang Setiawan mengatakan perkembangan infrastruktur sangat signifikan di era Jokowi. Menurut dia, kebijakan Presiden tidak lagi Jawa sentris, namun menyeluruh. Pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran terus digenjot.

“Baru kali ini ada lintas darat di Papua, karena sebelumnya harus pakai pesawat kecil-kecil untuk menuju berbagai lokasi di Papua. Lebaran tahun ini kemacetan berkurang dari tahun sebelumnya karena konektivitas dibuka,” kata dia.

Bambang juga menyoroti soal tol laut. Dia meyakini tol laut dapat menumbuhkan perekonomian dalam skala besar. Namun, terselip rasa waswas dalam keberhasilan proyek ini. Menurut dia, semua kalangan harus mewaspadai gelombang impor yang berlebihan karena barang dari luar negeri dapat secara mudah masuk ke Indonesia lewat peraoran.

“Barang dari berbagai negara mudah sekali masuk dengan harga pokok yang rendah. Konektivitas yang dibuka ini harus diimbangi dengan produktivitas yang bagus, agar tidak mengandalkan impor. Kita harus hari-hati menghadapi tol laut karena bisa jadi jebakan untuk produk impor,” ucap Bambang.

'Jokowinomics', Tantangan di Balik Optimisme Proyek Presiden

Pungli

Barang impor yang lebih murah ketimbang produk lokal juga menjadi kecemasan Direktur Keuangan PT Wika Beton Muhammad Syafii. Dia mencontohkan material tiang pancang produk Tiongkok yang jauh lebih murah daripada bikinan dalam negeri. Perbedaan harga yang tidak bagus untuk industri konstruksi lokal ini disebabkan pungli yang masih banyak terjadi di beberapa tempat.

Masalah ini, kata Muhammad, bisa diatasi melalui integrasi pemerintah dan swasta dalam menciptakan produk yang mendukung cita-cita Jokowi membangun infrastruktur berkualitas bagus di seluruh pelosok negeri.

Dia mengatakan pemerintahan Jokowi punya ikhtiar bagus untuk mendongkrak kinerja perekonomian.

“Anggaran pekerjaan umum terus dinaikkan, artinya ada komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur melalui APBN, termasuk infrastruktur desa,” ujar Muhammad.

Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antarlembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi menyoroti program Jokowi dalam mewujudkan jaminan kesehatan untuk seluruh penduduk Indonesia. Dia mengatakan sistem asuransi oleh BPJS Kesehatan tidak hanya menguntungkan masyarakat, tetapi juga penyedia layanan kesehatan.

“Saat ini rumah sakit, klinik, dan dokter terus berkembang. Di era BPJS tidak ada rumah sakit mati. Semua tumbuh. Tidak benar kalau rumah sakit swasta tidak tumbuh,” ucap Bayu.

Dosen Ilmu Komunikasi STPMD APMD Tri Agus Susanto menyatakan buku Jokowinomics disambut dengan positif oleh akademisi. Namun, dia mengkritik kurangnya buku ini membahas persoalan desa yang sebenarnya juga menjadi fokus utama Presiden Jokowi. Padahal, kata dia, tiap tahun jumlah dana desa yang digelontorkan terus meningkat.

“Buku ini banyak bicara tentang BUMN, tetapi tidak mengupas badan usaha milik desa yang sebenarnya juga punya peran penting dalam mendongkrak kesejahteraan masyarakat,” tutur Tri.

Ide Sederhana

Jokowinomics, buku pertama yang menguraikan gagasan ekonomi Jokowi merupakan buah karya yang lahir dari obrolan ringan di dapur Bisnis Indonesia.

“Ide bikin buku ini berawal dari diskusi di pantry [dapur] kantor, dapur tempat kami ngeteh, kadang makan bakso, tempat kami mengasup energi di sore hari [saat kerja tim editor dimulai]. Lalu kami mulai berpikir, ‘Kayaknya menarik ini pendekatan ekonomi Pak Jokowi’,” kata Direktur Pemberitaan Bisnis Indonesia Arif Budisusilo.

Dalam waktu sekitar dua bulan saja, Group Editorial Network Bisnis Indonesia dapat merampungkan buku tersebut.

Istilah Jokowinomics, kata dia, bukan tanpa dasar karena kebijakan Presiden Jokowi condong pada perbaikan ekonomi. Jokowi, kata dia, juga merupakan pemimpin unik yang mampu menerjemahkan kemauan generasi milennial yang melalui seganggam gawai bisa memperoleh pelbagai informasi dari banyak tempat di dunia.

“Komunikasi Jokowi cukup unik karena dia tidak menyampaikan narasi besar yang memukau, tetapi menunjukkan bahwa dia ada bersama masyarakat,” ujar Arif.

Arif meringkas kinerja Jokowi dalam tiga kata, yakni pragmatis, praktis, dan taktis. Dia mencontohkan pengembangan Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Sebelumnya, jarang ada maskapai yang bersedia membuka rute ke sana. Namun, Jokowi memaksa agar maskapai pelat merah Garuda Indonesia bisa beroperasi.

“Akhirnya sekarang banyak maskapai swasta yang kini berebut membuka rute ke bandara tersebut. Danau Toba menjadi ramai pengunjung dan ekonomi masyarakat sekitar terus berkembang.”

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sunartono
Editor : Nancy Junita
Sumber : Harian Jogja

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper