Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jenderal Gatot Nurmantyo Bisa Bertahan di Bursa Pilpres 2019. Ini Syaratnya

Nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo selalu muncul dan disebut-sebut dalam hasil survei beberapa lembaga terkait kontestasi pemilu presiden 2019.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kanan) didampingi KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) saat menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H/2017 M di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/11/2017)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kanan) didampingi KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) saat menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H/2017 M di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/11/2017)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Kabar24.com, JAKARTA—Nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo selalu muncul dan disebut-sebut dalam hasil survei beberapa lembaga terkait kontestasi pemilu presiden 2019.

Namun, agar bisa bertahan di dalam bursa Pilpres, sang panglima harus bisa menjaga momentum.

Popularitas Gatot mencuat tak terlepas dari jabatan yang diembannya saat ini. Namun di sisi lain, Gatot akan segera pensiun.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan jabatan sebagai panglima menjadi panggung yang menentukan untuk Gatot saat ini.

Setelah ‘turun panggung’ Gatot harus mennjaga ritme dan membuat momentum politik agar namanya tidak menghilang dari radar kontestasi politik.

“Persepsi publik masih berkembang, Pak Gatot masih punya peluang meski pun beliau bukan Panglima TNI lagi asalkan dia mengambil momentum politik. Komunikasi ke publik dijaga, kemudian ada isu nasional bisa masuk ke sana sehingga di media dia masuk radar,” ujar Hanta Yudha kepada Bisnis, Selasa (5/12/2017).

Untuk menjaga momentum tersebut, Hanta membaca ada dua kemungkinan. Pertama, Gatot bisa masuk ke partai politik dan kedua berada di dalam ‘radar’ partai.

“Masuk dalam radar itu misalnya Pak Gatot disebut sebagai cawapres partai tertentu terus digulirkan, kemudian dia merespons isu publik, mengikuti keinginan publik, ikuti ritme itu. Tapi kalau tidak ada lagi yang menyebut namanya sebagai capres dan cawapres potensial dari partai-partai, lewat juga,” ujar Hanta Yudha.

Terkait elektabilitas Gatot, kata Hanta, untuk menjadi calon presiden tergolong kecil dan tidak kuat. Hasil survey pihaknya, posisi tertinggi masih Presiden Joko Widodo disusul Prabowo Subianto.

Elektabilitas Gatot terhitung tinggi bila dicalonkan sebagai kandidat wakil presiden. Persentasenya berada di kisaran 9% hingga 10%. Menurut Hanta kontestasi pemilu presiden 2019 terbilang masih lama dan banyak waktu untuk Gatot mengatrol elektabilitas.

Kuncinya, Gatot harus melakukan personal branding dengan memunculkan kekuatan figur. Persepsi publik tentang dia harus kuat agar semakin dikenal sehingga disukai dan dipilih. Untuk itu, Gatot harus melakukan komunikasi yang efektif dengan publik.

Gatot pun harus memiliki "panggung semu" setelah pensiun dari jabatannya saat ini. Tentunya dengan sokongan mesin politik seperti relawan pengusung. Gatot pun harus sejalan dengan aspirasi publik dengan mengikuti isu yang disoroti masyarakat.

“Terakhir strategi politik, kalau bisa pegang itu semua dia pegang potensi masuk dalam radar pilpres 2019,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper