Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekayaan Global Naik 6,4% Pada 2017

Nilai kekayaan global pada 2017 telah naik mencapai 6,4%, atau US$16,7 triliun menjadi US$280 triliun dari tahun sebelumnya. Perolehan itu menjadi kenaikan tercepat sejak 2012.
Ilustrasi./Bisnis
Ilustrasi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai kekayaan global pada 2017 naik mencapai 6,4%, atau US$16,7 triliun menjadi US$280 triliun dari tahun sebelumnya. Perolehan itu menjadi kenaikan tercepat sejak 2012. 

Dalam laporannya yang bertajuk Global Wealth Report 2017, Credit Suisse menyebutkan, kenaikan kekayaan pada tahun ini secara year on year (yoy) tersebut menjadi yang tercepat sejak 2012.  Di sisi lain, kekayaan global meningkat sebesar 30% sejak krisis keuangan global yang terjadi  10 tahun lalu.

“Sepuluh tahun sejak awal krisis keuangan global, kami melihat adanya peningkatan signifikan dalam kekayaan di semua wilayah di dunia,” kata Urs Rohner, Kepala Credit Suisse Research Institute dan Kepala Dewan Direksi Credit Suisse Group, Kamis (23/11/2017)

Credit Suisse menyatakan, kenaikan  keuntungan yang besar di dalam pasar ekuitas, sejalan dengan yang berasal dari aset non-finansial. Adapun, keuntungan dari aset non-finansial pada tahu ini untuk pertama kalinya bergerak di atas level sebelum krisis tahun 2007.

Pertumbuhan kekayaan juga melebihi pertumbuhan populasi, sehingga kekayaan rata-rata per orang dewasa tumbuh sebesar 4,9% dan mencapai rekor tertinggi baru sebesar US$56.540 per orang dewasa.

Sementara itu, dalam laporan tersebut penduduk asal Amerika Serikat memimpin kenaikan dalam kekayaan global, terutama didorong oleh aset finansial yang lebih kuat. Kekayaan penduduk Negeri paman Sam dilaporkan tumbuh sebesar US$8.5 triliun.

Tercatat, nilai kekayaan penduduk di AS mencapai US$93,6 triliun pada tahun ini atau setara dengan 33% dari total kekayaan global pada periode yang sama. Eropa menjadi yang dengan tumbuh US$4,8 triliun atau 6.4% sehingga mencapai total US$80 triliun.

Di sisi lain untuk wilayah Asia Pasifik (termasuk India dan China) mencatatkan kenaikan kekayaan sebesar 3% atau US$2,6 triliun menjadi US%89 triliun sepanjang 2017. Korporasi keuangan yang berbasis di Zurich, Swiss itu menyebutkan, pertumbuhan kekayaan di kawasan itu melambat karena terjadi penurunan pergerakan mata uang.

China dalam hal ini memimpin pertumbuhan kekayaan di Asia Pasifik dengan total kekayaan tumbuh  6,3% atau US$1,7 triliun menjadi US$29 triliun. Negara ini menjadi negara dengan kenaikan kekayaan terbesar kedua sesudah AS.

Di samping itu nilai total kekayaan di Jepang menurun 6,1% menjadi US$23,7 triliun. Hal itu disebabkan oleh depresiasi mata uang terhadap dolar AS. Adapun, dalam ukuran yen, nilai total kekayaan di Jepang meningkat sedikit 2,8% pada periode yang sama.

Sementara itu, di Indonesia, kekayaan rumah tangga berhasil tumbuh 4,4% menjadi US$1,8 triliun. Angka ini diproyeksikan akan meningkat 8,7% per tahun selama lima tahun ke depan sehingga mencapai US$2,8 triliun pada 2022.

Jika diukur dalam rupiah, kekayaan per orang dewasa Tanah Air telah naik lebih dari enam kali lipat selama periode 2000-2017 menjadi US$11.000. Depresiasi nilai tukar rupiah sebesar 32% sejak 2010 telah menyebabkan kekayaan per orang dewasa naik lebih lambat dalam bentuk  dolar AS. Namun, kekayaan per orang dewasa dalam dolar AS telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak 2000. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper