Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CEO JPMorgan : AS Dipimpin Presiden Baru Pada 2021

CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memprediksi bahwa Amerika Serikat (AS) akan dipimpin Presiden baru pada tahun 2021.
JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon./REUTERS
JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon./REUTERS

Kabar24.com, JAKARTA – CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memprediksi bahwa Amerika Serikat (AS) akan dipimpin Presiden baru pada tahun 2021.

Dalam sebuah agenda pertemuan makan siang yang diselenggarakan The Economic Club of Chicago, Dimon dimintai pendapatnya tentang masa kepemimpinan Presiden Donald Trump di negara adidaya tersebut.

Menurutnya, Trump hanya akan menjabat sebagai Presiden AS selama satu periode.

“Jika saya harus bertaruh, kemungkinan dalam tiga setengah [tahun]. Tapi [Partai] Demokrat harus mengajukan kandidat yang layak atau Trump akan menang lagi dan menduduki masa jabatan empat tahun kedua,” jawab Dimon, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (23/11/2017).

Trump, kandidat Partai Republik, mengalahkan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dan memenangi pemilihan Presiden AS pada November 2016. Trump pun resmi dilantik sebagai Presiden ke-45 AS pada 20 Januari 2017 untuk masa kepemimpinan hingga empat tahun berikutnya.

Dimon, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang Demokrat, diketahui kerap mengunjungi Washington sejak kemenangan Trump untuk melobi anggota parlemen mengenai berbagai masalah bisnis dan ekonomi, termasuk perubahan pajak perusahaan, kebijakan imigrasi, dan pembiayaan hipotek.

Pada bulan Desember, Dimon terpilih menjadi ketua Business Roundtable, sebuah asosiasi yang terdiri dari para CEO yang memiliki beragam pandangan terhadap pembuat kebijakan pemerintah.

Dimon, 61, beberapa kali menyinggung isu seperti iklim politik dan sistem pajak Amerika hingga diskriminasi di tempat kerja dan terhadap orang kulit hitam.

Di samping itu, ia kerap mengomentari isu luar negeri. Terkait hubungan AS dengan Meksiko, misalnya, ia berpendapat agar AS tidak semestinya bersikap keras terhadap negara tetangganya itu.

Dia juga mengingatkan bahwa kelemahan politik Kanselir Jerman Angela Merkel buruk bagi AS. Kegagalan diskusi mengenai pembentukan koalisi pemerintahan pada awal pekan ini, memberi keraguan atas masa depan kekuasaan Merkel di masa mendatang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper