Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Proyeksikan November 2017 Sulut Inflasi 0,6%

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan bahwa memasuki November 2017, daerah itu masih akan mencatat inflasi 0,6% (mtm).
Petani tengah memanen bawang merah. Harga komoditas ini di Sulawesi Utara diperkirakan mulai bergerak naik seiring dengan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru./Antara-Saiful Bahri
Petani tengah memanen bawang merah. Harga komoditas ini di Sulawesi Utara diperkirakan mulai bergerak naik seiring dengan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru./Antara-Saiful Bahri

Kabar24.com, MANADO - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan bahwa memasuki November 2017, daerah itu masih akan mencatat inflasi 0,6% (mtm).

Deputi Direktur Bidang Advesory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Sulut Buwono Budisantoso mengatakan bahwa perkiraan terjadinya inflasi dipengaruhi oleh adanya dorongan peningkatan permintaan masyarakat yang umumnya akan terfokus di akhir tahun yaitu menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Memasuki November 2017, di Sulut masih akan mencatat inflasi 0,6% (mtm)," ujarnya Kamis (2/11/2017).

Menurutnya, harga barito (bawang merah, rica/cabai rawit, tomat) diperkirakan mulai naik sejak November ini hingga akhir tahun, seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru 2018.

Oleh sebab itu, BI dan pemda berkomitmen untuk terus memperkuat upaya pengendalian inflasi hingga ujung tahun ini. Upaya penggendalian inflasinya akan difokuskan pada pengendalian harga komoditas strategis seperti tomat sayur, cabai rawit dan bawang merah menjelang Natal dan Tahun Baru.

"Program pengendalian inflasi ini akan dilakukan melalui program pembagian bibit Gerakan Barito Batanang Rica dan Tomat tahap kedua dengan penyaluran sekitar 35.000 bibit kepada kelompok-kelompok PKK di Kota Manado dan sekitarnya, sebagai antisipasi lonjakan harga komoditas tersebut di akhir tahun," ujarnya.

Selain itu, upaya yang lainnya yakni melalui penguatan kelembagaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Sulut menyusul terbitnya Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional.

Menurutnya, berbagai risiko dan tantangan masih mengemuka dalam pencapaian sasaran inflasi Sulut 2017 antara lain potensi kenaikan harga BBM dan elpiji, serta risiko ganguan produksi dan pasokan komoditas strategis akibat kondis cuaca yang berpotensi terjadi La Nina pada akhir tahun.

"TPID akan memfokuskan kegiatan pengendalian inflasinya untuk meminimalisir risiko-risiko tersebut melalui koordinasi intensif antarwilayah di Sulut," ujarnya.

Kemudian, dengan memperhatikan perkembangan terkini, Bank Indonesia memandang bahwa pencapaian inflasi sampai dengan Oktober 2017 masih sejalan dengan pencapaian target inflasi Sulut 2017 yaitu 4t1% (yoy).

Seperti diketahui, pada Oktober 2017 perkembangan harga di Sulut yang diwakili Kota Manado tercatat sebesar -0,06% (mtm) atau mengalami deflasi lanjutan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar -1,04% (mtm).

Secara tahunan, tekanan inflasi Sulut pada Oktober 2017 tercatat 3,35% (yoy). Sementara, inflasi tahun kalender pada bulan laporan tercatat 2,02% (ytd).

Realisasi inflasi bulanan dan tahunan Sulut pada Oktober 2017 tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,01% (mtm) atau 3,58% (yoy). Meski demikian, realisas inflasi bulanan tersebut tercatat masih lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar 0,49 (mtm).

Terjadinya deflasi pada Oktober 2017 dipengaruhi oleh meredanya tekanan harga terutama pada kelompok volatile food, sementara tekanan harga pada kelompok administered prices meningkat dan tekanan harga pada kelompok inti sedikit mereda. Kelompok volatile food pada Oktober 2017 memberikan sumbangan deflasi sebesar -2,34% (mtm).

Pada volatile food, penurunan harga tomat sayur sebesar 0,32% (mtm) menjadi pemicu utama terjadinya deflasi pada Oktober sebagai dampak dari kembali normalnya harga-harga seiring dengan permintaan yang relatif normal ditengah banyaknya pasokan akibat fluktuasi produksi serta membaiknya curah hujan selama Oktober 2017.

Selain itu, harga komoditas strategis lainnya yakni bawang merah, cabai rawit dan bawang putih juga tercatat mengalami penurunan harga meskipun masih dalam level yang terbatas

Selanjutnya, pada kelompok inti, tekanan inflasi meningkat terbatas sebesar 0,33% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh kelompok inti non traded khususnya komoditas sayuran, buah, dan ikan.

Di sisi lain, kelompok administered prices menjadi faktor penahan laju inflasi pada bulan laporan. Koreksi harga pada kelompok ini besar dipengaruhi oleh koreksi harga pada sub kelompok non-energi khususnya tarif angkutan udara dengan sumbangan inflasi sebesar 0,91% (mtm).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper