Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Nuklir, Indonesia Perlu Lakukan Langkah Strategis

Indonesia memerlukan langkah strategis untuk mengantisipasi ancaman radiasi nuklir, kendati saat ini Indonesia belum mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) komersial.
Reaktor Nuklir/Istimewa
Reaktor Nuklir/Istimewa

Kabar24.com, JAKARTA - Indonesia memerlukan langkah strategis untuk mengantisipasi ancaman radiasi nuklir, kendati saat ini Indonesia belum mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) komersial.

"Tidak punya PLTN bukan berarti aman. Indonesia bisa saja terkena dampak dari negara lain, contohnya jika PLTN di Bangladesh atau Vietnam bocor," ujar Jazi Eko Istiyanto, Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dalam Konferensi Informasi Pengawasan (Korinwas) di Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, sambungnya, perlu langkah strategis yang melibatkan banyak pihak untuk menyusun standar operasi ketika terjadi ancaman nuklir.

Jazi memberi contoh beberapa lalu ada bom di Bandung, yang dibuat dari kaus lampu petromaks. Walaupun kandungan thorium di kaus lampu itu kecil sekali, lanjut dia, itu menunjukkan bahwa teroris pun sudah mengerti akan nuklir.

"Untuk itu kita perlu membangun kepedulian semua pihak."

Jazi mengatakan perlu adanya kesiapsiagaan akan ancaman nuklir.

"Indonesia memiliki 172 titik masuk dalam bentuk bandar udara dan pelabuhan. Dari jumlah tersebut baru enam pelabuhan yang memiliki radiasi portal monitor atau RPM," kata Jazi.

Jumlah RPM yang sangat minim tersebut tentu menjadi potensi bagi masuknya radiasi nuklir baik disengaja atau tidak disengaja yang berasal dari negara lain. Ke-6 RPM berada di Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Batu Ampar Batam, Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Penggunaan peralatan sumber radiasi nuklir sudah banyak ditemukan di Indonesia. Hingga 2017, setidaknya ada 60.833 izin yang dikeluarkan pemerintah terkait penggunaan alat yang mengandung radiasi nuklir, baik dalam bentuk radioaktif, X-Ray dan lainnya. Dari jumlah tersebut 40.000 lebih digunakan kalangan industri, sekitar 20.000 lebih untuk medis dan sisanya untuk penelitian.

Sementara itu,Staf Ahli bidang Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman Kemenkopolhukam Laksamana Muda TNI I Nyoman Nesa mengatakan penggunaan nuklir dalam kehidupan manusia telah memberikan manfaat besar baik dalam bidang industri maupun medis.

Akan tetapi, sisi negatif penggunaan nuklir tentu juga ada seperti munculnya senjata pemusnah massal dan teror.

"Selama ini masyarakat hanya tahu sisi negatifnya saja. Padahal sisi positifnya banyak sekali," kata Nyoman.

Untuk menghadapi dampak dari radiasi nuklir, memang harus dilakukan secara bersama-sama antar instansi terkait.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper