Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 TAHUN JOKOWI-JK: Capaian 5 Indikator Makro Ekonomi

Setelah tiga tahun meletakkan fokus pembangunan secara bertahap, pemerintah mulai mendapatkan sinyal perbaikan perekonomian. Hal ini tercermin dari kondisi terkini dari beberapa indikator makro ekonomi Indonesia. Apa sajakah itu?
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Wapres Jusuf Kalla berjalan menuju ruang rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (1/4/2015./Antara-Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Wapres Jusuf Kalla berjalan menuju ruang rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (1/4/2015./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah tiga tahun meletakkan fokus pembangunan secara bertahap, pemerintah mulai mendapatkan sinyal perbaikan perekonomian. Hal ini tercermin dari kondisi terkini dari beberapa indikator makro ekonomi Indonesia. Apa sajakah itu?

Pertama, kemiskinan. Hingga saat ini, persentase penduduk miskin di Indonesia memang masih di atas 10%. Namun, setelah sempat melonjak pada 2015 – pascapengalihan subsidi bahan bakar minyak –, tingkat kemiskinan mulai menunjukkan kecenderungan menurun.

Pada Maret 2015, tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 11,22%, melonjak dari posisi September 2014 yang tercatat sebesar 10,96%. Kendati demikian, pascacapaian Maret 2015, ada tren menurun hingga pada Maret 2017 tercatat 10,64% atau sekitar 27,77 juta orang.

Kedua, pertumbuhan ekonomi. Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016, partumbuhan ekonomi melambat, sejalan dengan kondisi ekonomi global. Namun, selama tiga tahun pemerintahan Kabinet Kerja, pertumbuhan ekonomi tercatat stabil di kisaran 5%.

Ketiga, inflasi. Setelah melonjak pada 2014 yang tercatat sebesar 8,36% (year on year), tingkat inflasi cukup terkendali pada tahun-tahun setelahnya. Terlepas dari faktor yang melatarbelakanginya, inflasi pada 2015 dan 2016 masing-masing tercatat 3,35% dan 3,02%. Tahun ini, periode Januari-September, inflasi tercatat sebesar 2,66%.

Keempat, ketimpangan. Tingkat ketimpangan – yang selama ini diukur BPS dari sisi pengeluaran dengan indikator rasio – terus menunjukkan penurunanan meski lambat. Pada September 2014, rasio gini mencapai 0,414. Selanjutnya, indeks terus menurun hingga pada Maret 2017 mencapai 0,393.

Kendati secara keseluruhan mengalami tren penurunan, tinjuan ketimpangan dari sisi wilayah – perkotaan dan perdesaan – menunjukkan adanya fluktuasi tipis. Adapun, tingkat ketimpangan di kota masih lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan.

Kelima, pengangguran. Secara keseluruhan, tingkat pengangguran di Indonesia masih berada di atas 5%. Namun, ada sinyal positif jika melihat posisi Februari 2017 yang mencapai 5,33%, turun dari posisi Februari 2015 dan 2016 sebesar 5,81% dan 5,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper