Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gandeng Airbus, Penjualan Bombardier Diprediksi Terpacu

Kesepakatan yang membuat Airbus SE menguasai saham mayoritas dalam proyek pembuatan jet C Series milik Bombardier Inc, diharapkan dapat memacu penjualan di kawasan Asia.
Airbus./REUTERS
Airbus./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA—Kesepakatan yang membuat Airbus SE menguasai saham mayoritas dalam proyek pembuatan jet C Series milik Bombardier Inc, diharapkan dapat memacu penjualan di kawasan Asia.

Seperti diketahui, Airbus dan Bombardier sepakat menjalin kerja sama dalam pembuatan pesawat jet penumpang Cseries. Airbus dalam hal ini menguasai 50,1% saham dalam proek yang awalnya digagas oleh perusahaan pesawat asal Kanda tersebut.

Di sisi lain Bombardier akan mendapatkan jarngan penjualan yang lebih baik ke seluruh dunia, terutama di Asia. Pasalnya, Airbus akan memberikan jalur penjualannya ke Bombardier untuk produk tersebut.

Kebijakan ini dinilai akan sangat membantu perusahaan pesawat asal Kanada tersebut untuk memacu penjualannya di Asia. Sejauh ini Korean Air Lines Co. menjadi satu-satunya pelanggan jet narrowbody dari Bombardier. Maskapai asal Korea itu dijadwalkan dalam waktu dekat akan menerima pengiriman 10 pesawat CS300 pertamanya.

"Minat pada produk CSeries cukup rendah di wilayah ini [Asia].Namun ketika Airbus mendukung proyek ini. maka akan menjadi dorongan besar bagi Bombardier," kata Brendan Sobie, Kepala Analis CAPA Center for Aviation yang berbasis di Singapura, seperti dikutip Reuters, Selasa (17/10/2017).

Selain rendahnya permintaan, Bombardier juga berpeluang mendapat pukulan ketika produk pesawatnya, terutama yang berkapasitas 110-130 kursi itu bakal dikenai bea impor 300% oleh AS. Hal itu terjadi lantaran perundingan kesepakatan baru NAFTA yang terus merenggang antara negara anggota yakni AS, Kanada dan Meksiko.

Adapun, Airbus sendiri memiliki posisi pasar yang sangat kuat di Asia. Kelebihan dari pembuat pesawat asal Eropa itu dinilai dapat mendongkrak pamor Bombardier yang selama ini diterpa isu buruk, lantaran terancam kebangkrutan.

Bombardier terancam bangkrut karena terpacu mengembangkan produksi beberapa jensi pesawat secara bersamaan. Namun, langkah itu tak dibarengi oleh kuatnya permintaan pasar. Tercatat, produk jet penumpang berkapasitas 110-130 milik perusahaan itu belum mendapat pesanan baru sejak 18 bulan terakhir.

“Beberapa maskapai menunda pembelian dari Bombardier lantaran takut, kondisi keuangan perusahaan itu yang tak terlalu sehat. Namun kini pembeli potensial dari Cseries bakal menemukan kenyamanan karena Airbus menjadi pemegang saham terbesar produk tersebut,”  kata Shukor Yusof, pendiri firma penasihat indusri penerbangan yang berbasis di Malaysia, Endau Analytics.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper