Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Buruk, Nelayan Sumbar Diingatkan untuk Tidak Melaut

Nelayan di Sumatra Barat diminta mewaspadai cuaca ekstrem dan menunda aktivitas melaut, mengingat tingginya intensitas hujan yang mengguyur daerah tersebut beberapa hari terakhir.
Nelayan./Bloomberg-Dhiraj Singh
Nelayan./Bloomberg-Dhiraj Singh

Bisnis.com, PADANG — Nelayan di Sumatra Barat diminta mewaspadai cuaca ekstrem dan menunda aktivitas melaut, mengingat tingginya intensitas hujan yang mengguyur daerah tersebut beberapa hari terakhir.

Kasi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping, Padang Pariaman Budi Samiadji mengingatkan potensi hujan masih akan tinggi di wilayah Sumbar dalam beberapa hari ke depan.

“Potensi hujan masih tinggi, kami minta masyarakat waspada, untuk menghindari daerah yang rawan longsor, dan pinggir pantai dengan potensi gelombang tinggi,” ujarnya, Selasa (10/10/2017).

Dia menyebutkan sebagian besar wilayah Sumbar berpotensi mengalami hujan, terutama di kawasan pesisir sepanjang bulan ini hingga November mendatang, sehingga nelayan juga diminta mewaspadai cuaca ekstrem.

Sementara itu, Dantim Bimas Perairan Pol Airud Polda Sumbar Bripka Nanung Heri meminta masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan menghentikan aktivitas melaut selama cuaca ekstrem.

“Kami anjurkan nelayan di Padang untuk istirahat dulu, karena cuaca memang lagi tidak bagus. Kalau cauca sudah berubah, silakan melaut lagi,” katanya.

Dia menyebutkan pihaknya melakukan sosialisasi kepada nelayan di sekitar perairan Padang untuk tidak melaut dan mewaspadai cuaca ekstrem yang melanda daerah itu.

Slamet (45), Nelayan di Kawasan Muaro Padang mengakui umumnya nelayan daerah itu tidak melaut sejak beberapa hari lalu dikarenakan cuaca ekstrem dan gelombang tinggi yang membahayakan bagi nelayan. “Kami tidak melautnya sejak beberapa hari lalu. Karena ya cuaca ini. Perkiraannya cuaca buruk akan berlangsung lama,” katanya.

Dia mengatakan sejak seminggu terakhir daerah Sumbar memang mengalami cuaca buruk dengan hujan terus menerus, gelombang tinggi, dan disertai angin kencang.

BMKG memprediksikan puncak hujan di Sumbar terjadi pada Oktober – November, setelah sebelumnya pada Maret – April. “Puncak hujan kedua pada tahun ini terjadi sekitar Oktober – November, karena kondisi atmosfer yang cenderung basah, dan pola angin di sekitar wilayah Sumbar,” ujar Budi Samiadji.

Dia menyebutkan secara klimatologis Sumbar memiliki tipe hujan ekuatorial yaitu memiliki dua kali puncak musim hujan. Apalagi, data historis sepanjang 10 tahun terakhir menunjukkan pada periode Oktober – November atmosfer Sumbar cenderung basah.

Selain itu, pola angin di wilayah udara Sumbar juga dominan dari arah Australia melewati Samudera Hindia yang kaya akan uap air.

Dia memperkirakan gangguan cuaca akan sering terjadi di wilayah barat Mentawai dari arah Samudera Hindia, karena merupakan daerah tekanan rendah.

Potensi hujan sepanjang dua bulan ke depan akan terjadi di sepanjang wilayah pesisir pantai barat Sumatra meliputi Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Solok, Kabupaten Solok, Pesisir Selatan, Kota Padang Panjang, Agam dan Pasaman Barat.

Potensi hujan juga akan meluas ke wilayah lainnya, Pasaman, Lima Puluh Kota, Tanah Datar, Solok Selatan, dan Sijunjung.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper