Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gerilyawan Muslim Rohingnya Siap Berdamai

Gerilyawan Muslim Rohingya (Arakan Rohingya Salvation Army/ARSA) mengatakan bahwa mereka siap untuk menanggapi setiap langkah damai yang diajukan oleh Pemerintah Myanmar.
Perempuan pengungsi Rohingya bersama cucunya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui
Perempuan pengungsi Rohingya bersama cucunya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA--Gerilyawan Muslim Rohingya (Arakan Rohingya Salvation Army/ARSA) mengatakan bahwa mereka siap untuk menanggapi setiap langkah damai yang diajukan oleh Pemerintah Myanmar.

Dalam hal ini ARSA meminta agar pengiriman bantuan kemanusiaan ke negara bagian Rakhine dibuka kembali, sebagai salah satu syarat perdamaian. Sebab mereka merasa selama satu bulan gencatan senjata, banyak terjadi pelanggaran dalam proses pengiriman bantuan ke kawasan tersebut

"Jika Pemerintah Myanmar cenderung mengambil jalur kedamaian, maka ARSA akan menyambut baik peluang tersebut," kata kelompok tersebut dalam pernyataan resminya, sepeti dikutip dari Reuters, Sabtu (7/10/2017).

Sepeti diketahui, proses gencatan senjata dijadwalkan akan berakhir pada Senin (9/10/2017). Namun ARSA tak menjelaskan secara rinci apa yang akan mereka lakukan setelah masa gencatan senjata itu berakhir. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka bertekad untuk menghentikan tirani dan penindasan yang dilakukan terhadap orang-orang Rohingya.

Menangapi pernyataan ARSA tersebut, juru bicara Pemerintah Myanmar belum bersedia memberikan komentar.

Adapun, ketika ARSA mengumumkan gencatan senjata satu bulannya mulai 10 September, seorang juru bicara pemerintah mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan negosiasi apapun dengan gerilyawan tersebut.

"Kami tidak memiliki kebijakan untuk bernegosiasi dengan teroris," ujarnya kala itu

ARSA sendiri dituding sebagai dalang serangan terkoordinasi terhadap sekitar 30 pos keamanan dan sebuah kamp tentara pada 25 Agustus. Mereka mendapat bantuan dari ratusan penduduk desa Rohingya yang tidak puas dengan Pemerintah Rohingya. Belasan orang dikabarkan menjadi korban.

Menangapi serangan tersebut, militer Myanmar melepaskan serangan dengan menyapu di sisi utara Negara Bagian Rakhine, yang menewaskan lebih dari setengah juta penduduk desa Rohingya. Persitiwa ini mendapat kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Organisasi dunia tersebut merujuk aksi Myanmar tersebut sebagai aksi pembersihan etnis.

Namun Pemerintah Myanmar menampik tudingan itu. Mereka mengatakan, ‘hanya’ 500 orang tewas dalam pertempuran tersebut. Otoritas tertinggi Myanmar bahkan menyebutkan bahwa  kebanyakan dari korban itu adalah teroris yang telah menyerang warga sipil dan membakar desa-desa.

Adapun sebelumnya, Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan, pihaknya siap menyambut kembali pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari sebuah tindakan keras oleh pasukan keamanan selama sebulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper