Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Agung Awas : Pasokan Pasir & Kerikil Terhenti

Penetapan status awas Gunung Agung dan radius aman harus di luar 12 km dari puncak mulai membuat pelaku jasa konstruksi di Bali kebingungan mendapatkan pasokan pasir dan kerikil untuk bangunan.
Warga mengembalakan sapi di Desa Batu Dawa yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Gunung Agung, Karangasem, Bali, Senin (25/9)./ANTARA-Nyoman Budhiana
Warga mengembalakan sapi di Desa Batu Dawa yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Gunung Agung, Karangasem, Bali, Senin (25/9)./ANTARA-Nyoman Budhiana

Kabar24.com, DENPASAR - Penetapan status awas Gunung Agung dan radius aman harus di luar 12 km dari puncak mulai membuat pelaku jasa konstruksi di Bali kebingungan mendapatkan pasokan pasir dan kerikil untuk bangunan.

Ketua DPD Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional (Gapensi) Bali Wayan Adnyana mengungkapkan pasokan utama untuk bahan bangunan tersebut sudah sejak seminggu ini seret.

"Tidak ada lagi sekarang, kalaupun ada harganya melambung. Sekarang bisa sampai 2 juta per truk, dari biasanya Rp1,5 per truk," tuturnya dihubungi Bisnis, Rabu (27/9/2017).

Menurutnya, situasi ini terjadi karena lokasi Galian C berada di dalam radius 12 Km dari Gunung Agung. Dengan adanya larangan aktivitas di radius tersebut menyebabkan proses pengambilan pasir dan kerikil dihentikan. Meski diakuinya masih ada yang mencoba, tetap beraktivitas tetapi jumlahnya terbatas.

Setiap hari, Karangasem bisa memasok hingga 2.000 unit truk ke wilayah Denpasar saja atau sekitar 20.000 meter kubik.

Adnyana mengatakan hanya pasir dari Karangasem yang memiliki kualitas terbaik buat bangunan, sedangkan di daerah lain kualitasnya tidak bisa diandalkan. Adapun sumber pasir dari sungai dari Klungkung dan Kintamani sudah tidak memungkinkan karena lokasi galian ditutup pemerintah.

"Kintamani tidak boleh karena aturan. Kalaupun terjadi di Kintamani dibuka kualitas pasir tidak meenuhi. Kalau pasang batu dan bata bisa, tetapi untuk beton tidak memenuhi syarat untuk mutu bagus," jelasnya.

Dikatakan, jika kondisi ini terus terjadi, solusi tercepat adalah mengambil pasir dari lur Bali menggunakan kapal. Namun, dampaknya akan menyebabkan harga bahan baku pasir melonjak tinggi.

Dengan kondisi seperti sekarang, Gapensi Bali akan mendiskusikan dengan pemda setempat karena akan menyebabkan penyelesaikan proyek mundur. Diharapkan ada penyesuaian harga apabila tetap ingin penyelesaian berjalan sesuai jadwal.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper