Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

M Jusuf Kalla Ketemu Joseph Eugene Stiglitz? Ini Isi Obrolan Mereka

Wakil Presiden M Jusuf Kalla bertemu dan berdiskusi dengan peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi 2001 Joseph Eugene Stiglitz terkait masalah ekonomi.
Wapres Jusuf Kalla (tengah) didampingi Menko PMK Puan Maharani (kiri) dan Menlu Retno Marsudi memberikan keterangan pers seusai menyampaikan pidato pada sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat, Kamis (21/9) waktu setempat./ANTARA-Aditya Wicaksono
Wapres Jusuf Kalla (tengah) didampingi Menko PMK Puan Maharani (kiri) dan Menlu Retno Marsudi memberikan keterangan pers seusai menyampaikan pidato pada sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat, Kamis (21/9) waktu setempat./ANTARA-Aditya Wicaksono

Bisnis.com, NEW YORK -  Wakil Presiden M Jusuf Kalla bertemu dan berdiskusi dengan peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi 2001 Joseph Eugene Stiglitz terkait masalah ekonomi.

"Pertemuan sekitar 30 menit di salah satu ruangan di Universitas Columbia," kata juru bicara Wapres Hussein Abdullah di New York, Amerika Serikat, Sabtu (23/9/2017).

Pertemuan tersebut berlangsung setelah Wapres M Jusuf Kalla memberikan kuliah umum terkait radikalisme dan kebhinnekaan di Indonesia.

Menurut Hussein Abdullah, ada beberapa persoalan yang didiskusikan oleh Wapres M Jusuf Kalla dengan peraih nobel tersebut.

"Stiglitz menyoroti perjanjian-perjanjian yang lebih menguntungkan perusahaan karena memang dipersiapkan oleh pengacara perusahaan," kata Hussein mengutip pembicaraan Stiglitz.

Joseph Eugene Stiglitz meraih nobel bidang ekonomi pada 2001. Dalam beberapa pernyataannya Stiglitz menyampaikan pendapatnya bahwa negara maju tidak boleh lagi hanya memikirkan kepentingan domestiknya dalam mengambil kebijakan ekonomi.

Hal itu menurut Stiglitz, terbukti dalam satu dasa warsa terakhir yang berakibat buruk bagi perekonomian dunia.

Stiglitz mencontohkan, kasus sub-prime mortgage 2008 di Amerika Serikat dan krisis keuangan dan fiskal di Eropa semenjak 2010, yang telah menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dunia.

Lebih lanjut Stiglitz menyebutkan negara berkembang termasuk Indonesia perlu segera mempertimbangkan untuk menggunakan capital control dan menggunakan teknik pengelolaan neraca modal dan finansial/capital account yang baik (capital control management technique).

Ia mengatakan, negara berkembang yang memiliki cadangan devisa yang besar dan neraca transaksi modal dan finansial (capital account) yang terkelola dengan baik akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam menghadapi berbagai tekanan ekonomi global seperti kenaikan suku bunga Fed Fund rate dan krisis ekonomi global sekalipun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper