Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Data Ekonomi China Ini Tumbuh di Laju Paling Lambat

Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan data produksi industri, penjualan ritel, dan investasi aset tetap pada Agustus 2017 tumbuh pada laju paling lambat tahun ini. Situasi itu melanjutkan catatan yang cenderung lemah pada Juli 2017.
./.Bloomberg
./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan data produksi industri, penjualan ritel, dan investasi aset tetap pada Agustus 2017 tumbuh pada laju paling lambat tahun ini. Situasi itu melanjutkan catatan yang cenderung lemah pada Juli 2017.

Seperti diketahui, produksi industri tumbuh 6% pada bulan lalu secara year on year (yoy). Laju pertumbuhan itu lebih rendah dari Juli yang menembus 6,4%, dan di bawah ekspektasi para ekonom yakni 6,6%.

Adapun, penjualan ritel tumbuh 10,1% secara yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 10,4%. Lagi-lagi, capaian itu berada di bawah proyeksi pasar sebesar 10,5%. Perolehan ini menjadi yang paling lambat sepanjang 2017.

Sementara itu, investasi aset tetap perkotaan tumbuh 7,8% sepanjang tahun ini yang berakhir pada Agustus. Pertumbuhan tersebut juga menjadi yang paling lambat sejak 1999 sekaligus jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,2%.

"Data terbaru ini menunjukkan bahwa ekonomi China memang telah mencapai puncaknya pada paruh pertama tahun ini. Sektor properti dan ekspor telah melambat, dan itulah yang mendasari mengapa ekonomi secara keseluruhan ikut melambat,” kata Larry Hu, Kepala Ekonom Kawasan China di Macquarie Securities Ltd. seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/9/2017).

Senada, Wakil Kepala Ekonom Kawasan Asia Frederic Neumann mengatakan, data ekonomi Negeri Panda bulan lalu tersebut membuktikan bahwa perusahaan China benar-benar bergantung pada pembiyaaan pemerintah.

Di sisi lain para pengambil kebijakan di Beijing memilih untuk terus menjaga ketatnya arus pinjaman domestik demi menghindari tingkat utang berlebihan.
Situasi tersebut dilakukan pemerintahan Presiden Xi Jinping demi menjaga reputasinya jelang Kongres Partai Komunis ke-19 yang akan digelar pada Desember nanti.

Alhasil, kondisi tesebut akan membuat korporasi-korporasi yang kewalahan, mengalihkan strateginya untuk mencari pembiayaan dari praktik shadow banking. Padahal, regulator di China sedang gencar-gencarnya memberantas praktik ilegal tersebut

“Apabila kondisi ini tak segera ditangani dengan baik. Bukan tak mungkin pertumbuhan ekonomi negara itu akan melemah hingga akhir tahun,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper