Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Militer Tanam Ranjau di Perbatasan, Bangladesh Protes Myanmar

Pemerintah Bangladesh memanggil duta besar Myanmar di Dhaka untuk memprotes tindakan aparat keamanan Myanmar menanam ranjau darat di perbatasan kedua negara.
Seorang pria Rohingya membawa barang-barangnya ke arah perbatasan Myanmar-Bangladesh di Bandarban./Reuters
Seorang pria Rohingya membawa barang-barangnya ke arah perbatasan Myanmar-Bangladesh di Bandarban./Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah Bangladesh memanggil duta besar Myanmar di Dhaka untuk memprotes tindakan aparat keamanan Myanmar menanam ranjau darat di perbatasan kedua negara.

Pemanggilan dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat terkait masuknya puluhan ribu warga minoritas Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh.

Menteri Luar Negeri Bangladesh Shahidul Haque mengatakan pihaknya sudah memasukkan protes soal ranjau darat ke pemerintah Myanmar sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (7/9). Akan tetapi, dia tidak memberikan rincian lebih jauh.

Pejabat Senior Bangladesh meyakini pasukan keamanan Myanmar menanam ranjau darat untuk mencegah warga Rohingya kembali ke desa-desa mereka.

Sumber di pemerintah Bangladesh menyatakan militer Myanmar menanam ranjau-ranjau baru di sepanjang perbatasan, yang dipakai pengungsi Rohingya untuk menyelamatkan diri.

Namun sumber-sumber militer Myanmar mengatakan tidak ada ranjau baru yang ditempatkan di perbatasan Myanmar-Bangladesh. Pada 1990-an ditanam ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencegah orang-orang melintasi perbatasan secara ilegal.

Wartawan BBC, Sanjoy Majumder, yang berada di sisi perbatasan Bangladesh, mengatakan ada tiga insiden yang disebabkan oleh ranjau darat pekan ini. PBB mengatakan jumlah pengungsi Rohingya yang melewati perbatasan menuju Bangladesh meningkat tajam sejak 25 Agustus.

Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 146.000 warga Rohingya meninggalkan Rakhine, dipicu oleh serangan milisi Rohingya terhadap sejumlah pos polisi di negara bagian tersebut.

Serangan ini dibalas dengan 'operasi pembersihan teroris' oleh militer Myanmar yang mendorong warga sipil Rohingya mengungsi untuk menghindari gelombang kekerasan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper