Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beranikah AS Putuskan Hubungan Dagang dengan Mitra Bisnis Korut?

Ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara yang bermitra bisnis dengan pemerintah Korea Utara (Korut) cukup mendapat perhatian publik.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA—Ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara yang bermitra bisnis dengan pemerintah Korea Utara (Korut) cukup mendapat perhatian publik.

Pasalnya, Korut dinilai telah menantang negara itu untuk terjun ke medan tempur dengan tidak mengindahkan peringatan dunia internasional terkait uji coba senjata nuklir.

Bahkan dua hari terakhir dunia dihebohkan dengan uji coba senjata bom hidrogen yang kekuatannya jauh lebih dahsyat dari bom atom.

Komunitas internasional telah mencoba segala hal kecuali tindakan militer untuk menghentikan Korut, namun hingga kini tidak tidak ada hasilnya. Sanksi, isolasi bahkan ancaman pemusnahan yang dapat mengurangi ambisi nuklirnya tetap tidak diindahkan.

Lebih dari hanya sekedar menghukum Korut, Presiden Trump telah mengetwit bahwa dia akan menghukum semua negara yang masih berbisnis dengan Korut. Caranya adalah dengan menghentikan perdagangan AS dengan negara-negara tersebut.

Untuk melihat seberapa realistis tindakan itu, pertama kita harus melihat negara-negara mana yang memiliki hubungan bisnis dengan Korut.

Menurut Badan Perdagangan Investasi dan Promosi Korea (KOTRA), ada sekitar 80 negara yang berdagang dengan Pyongyang pada 2016.

Sepuluh di antara negara itu adalah China, Rusia, India, Pakistan dan Singapura. Begitu juga dengan Jerman, Portugal, Prancis, Thailand dan Filipina.

Total perdagangan Korut dengan semua negara dalam daftar tersebut bernilai US$6,5 miliar (Rp87,7 triliun). Angka itu tumbuh sekitar 5% per tahun sebagaimana dikutip BBC.com, Selasa (5/9).

Memang, nilai perdagangan bagi sebagian negara-negara itu cukup kecil dan nilainya menurun. Namun ada beberapa temuan yang menarik.

Singapura yang menjadi nomor 8 di daftar rekan dagang terbesar dengan Korut telah mengalami penurunan jumlah perdagangan dengan Pyongyang hingga 90% pada 2016. Sedangkan Filipina tercatat mengalami peningkatan sebesar 171% dalam nilai perdagangan denagn Korut.

Bahkan, banyak dari negara-negara dalam daftar tersebut adalah rekan dagang AS dan sebagian besar nilai perdagangan mereka dengan AS jauh melebihi jumlah yang mereka lakukan dengan ekonomi Korut yang kecil.

Faktor China

Namun ada satu negara yang berpotensi mengendalikan situasi ini. Tak perlu kaget mengetahui bahwa konsumen dan penyuplai terbesar Pyongyang adalah China. Sekitar 90% perdagangan Korut dilakukan dengan negara itu.

Beijing kebanyakan membeli batu bara dan mineral dari Pyongyang, dan menyuplai makanan dan bahan bakar yang krusial untuk penduduk Korut. Data dari 2016 tidak jelas merefleksikan apa yang terjadi saat ini, setelah pada Februari lalu China melarang Korut membeli batu bara.

Jadi saat Trump mengatakan bahwa AS akan memutus bisnis dengan negara-negara yang berdagang dengan Pyongyang, sudah pasti salah satunya adalah China.

Akan tetapi, jangan lupa bahwa segala sesuatu yang mempengaruhi China juga mungkin mempengaruhi ekonomi global. Institusi peneliti global Capital Economics mengatakan bahwa jika AS berhenti membeli barang-barang dari China sekaligus, negara itu akan menderita sebesar 3% dari PDB mereka.

Kondisi itu juga akan memberi dampak tidak langsung di perekonomian Asia. Maklum, sebagian besar negar-negara Asia memandang China sebagai rekan dagang terbesar mereka.

Dalam kondisi itulah AS juga dalam kondisi dilematis. Jangan-jangan AS sendiri juga ikut terkena dampak dari kebijakannya kalau memang berani memutus hubungan dagang dengan negara-negara mitra bisnis Korut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper