Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Pertahankan Suku Bunga, Ini Kata Ekonom

Kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) dalam menahan suku bunga acuannya dan mulai mengumumkan rencana pemangkasan keuangannya, dinilai menjadi peluang bagi Bank Sentral Indonesia untuk mulai melonggarkan moneternya kembali.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA—Kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) dalam menahan suku bunga acuannya dan mulai mengumumkan rencana pemangkasan keuangannya, dinilai menjadi peluang bagi Bank Sentral Indonesia untuk mulai melonggarkan moneternya kembali.

Direktur Riset CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, kebijakan The Fed tersebut seharusnya menjadi momentum yang baik bagi Bank Indonesia (BI) untuk mulai menurunkan suku bunganya kembali. Pasalnya, sepanjang tahun ini BI belum pernah melakukan pelongaran moneter, meskipun kondisi ekonomi global cukup mendukung.

“Tekanan secara eksternal sudah mulai mereda. Ini harusnya jadi ruang bagi BI untuk longgarkan moneternya. Sebab kalau kita lihat ekonomi domestik perlu dukungan dari sisi moneter juga, bukan hanya dari fiskal,” kata Faisal, Kamis (27/7).

Dia menyebutkan, pelonggaran moneter BI salah satunya akan memberikan dukungan positif bagi konsumsi masyarakat yang masih tertekan pada tahun ini. Pasalnya, selama ini, perekonomian Tanah Air lebih banyak mendapat sokongan dari sisi eksternal, salah  satunya melalui aktivitas ekspor-impor berkat membaiknya ekonomi global.

Di sisi lain, dia melihat bahwa kebijakan Presiden AS Donald Trump yang masih belum terlalu bertaji untuk ekonomi AS, akan memberikan keuntungan bagi negara berkembang, terutama Indonesia. Inflasi Paman Sam yang diperkirakan akan melesat karena rencana kebijakan Trump yang agresif, rupanya belum terwujud.

“Akhirnya, The Fed yang diperkirakan akan mengetatkan kebijakan moneternya secara lebih cepat, tak terlaksana. Kebijakan The Fed relatif teprediksi dan tak memberi eksposur berlebih bagi negara berkembang,” lanjutnya.

Sementara itu ekonom PT Bank Permata Josua Pardede melihat, tren pengetatan moneter di bank sentral negara maju seperti AS dan Eropa pada semester II/2017 belum akan terjadi. Dia melihat, kendati Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan untuk menghentikan program penerbitan stimulus moneternya. ECB masih akan mempertimbangkan ekonomi negara anggotanya seperti Italia dan Yunani yang belum terlalu baik.

“ECB mungkin belum mau menyalip atau membarengi The Fed dalam melakukan pengetatan moneter. Sehingga potensi capital outflow karena pengetatan moneter bersamaan di negara maju, belum akan terjadi,” katanya.

Seperti diketahui, pada Rabu (26/7) waktu setempat, setelah menggelar Federal Open Market Commitee (FOMC) The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di kisaran 1%-1,25%..

Otoritas Moneter AS itu juga mengungkapkan harapannya untuk melakukan pemangkasan neraca keuangannya melalui pengurangan kepemilikan obligasinya dalam waktu dekat. Hal itu dilakukan sebagai tanda optimisme terhadap ekonomi Amerika Serikat (AS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper