Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Klaim Persaingan Usaha Beras Kemasan Sudah Sehat

Produsen beras kemasan mengakui mekanisme persaingan usaha sudah berjalan sempurna yang terlihat dari perbedaan strategi pemasaran dan harga produk.
Beras Cap Ayam Jagi dan Maknyus-tigapilar.com
Beras Cap Ayam Jagi dan Maknyus-tigapilar.com

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen beras kemasan mengakui mekanisme persaingan usaha sudah berjalan sempurna yang terlihat dari perbedaan strategi pemasaran dan harga produk.

Investor Relations PT Buyung Poetra Sembata Tbk (HOKI) Dion Surijata mengatakan persaingan usaha di industri beras premium (kemasan) sudah berjalan sempurna.

“Kami tidak menambahkan produk dengan kandungan vitamin atau apapun, tetapi dari industri ini sudah terlihat bahwa [persaingan usaha] berjalan sempurna,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (27/7/2017).

Produsen beras kemasan dengan merek Topi Koki ini setidaknya memiliki tujuh varian produk, mulai dari pandan wangi, long grain, setra ramos, super slyp, hingga IR 42.

Sementara itu, PT Padi Unggul Indonesia yang menjual varian beras keluarga, organik, membramo dan broken ini, mengungkapkan hal serupa.

Marketing Manager PT Padi Unggul Indonesia Ruth Sulastri mengatakan setiap perusahaan beras kemasan memilik strategi berbeda, mulai dari varietas produk hingga harga. Perusahan yang hadir menggunakan merek Tanak dan Ngawiti Mas ini, mengambil gabah dari petani maupun pengumpul.

Menurutnya, industri beras kemasan nasional belum memiliki tingkatan penambahan fortifikasi dalam produknya, berbeda dengan negara lain.

“Membedakan produk kami itu dari tingkat kekeringan. Dari situ sudah signifikan harganya, karena disesuaikan dengan ketahanan produk,” katanya.

Dia mencontohkan beras dengan kekeringan minim, atau yang dikenal sebagai ‘beras sayur’ hanya tahan dalam waktu 2 bulan, sedangkan yang masuk kemasan tahan hingga 1 tahun.

“Pilihan harga dan strategi setiap perusahaan berbeda, kami rasa persaingannya sudah baik,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengakui dalam industri beras memang jenjang harga dan varian produknya beragam. Pilihan untuk konsumen juga tersedia, mulai dari pasar tradisional hingga ritel modern.

“Harganya sudah beragam, mulai dari yang terlihat kusam hingga yang bentuknya bagus. Masyarakat sudah mendapat banyak pilihan,” katanya.

Ketua Aprindo Roy Mandey mengatakan beras kemasan yang masuk ritel modern diakui dibanderol dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dijual di pasar tradisional.

Dalam FGD beras yang diselenggarakan KPPU dihadirkan setidaknya 8 jenis beras yang biasa dijual di Pasar Induk Cipinang, dengan rentan harga Rp8.500 – Rp11.500. Roy mengatakan dari 8 jenis produk tersebut tidak ada satu pun yang dijual di ritel modern.

“Diakui hanya beras kemasan saja, yang di dalamnya ada juga yang ditambah vitamin atau tingkat kekeringan berbeda. Harganya juga beragam, itu strategi masing-masing produsen,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper