Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Berang, Tokoh Asing Komentari Kematian Peraih Nobel Perdamaian 2010, Liu Xiaobo

Pemerintah China meminta tokoh-tokoh asing berhenti mengomentari kematian Liu Xiaobo, peraih Nobel Perdamaian 2010 yang dianggap membangkang, dalam usia 61 tahun, Kamis (13/7/2017).
Pemenang Nobel perdamaian asal China yang dipenjara, Liu Xiaobo, telah dibebaskan untuk alasan kesehatan setelah didiagnosis mengidap kanker hati./Reuters
Pemenang Nobel perdamaian asal China yang dipenjara, Liu Xiaobo, telah dibebaskan untuk alasan kesehatan setelah didiagnosis mengidap kanker hati./Reuters

Kabar24.com, BEIJING -- Pemerintah China meminta tokoh-tokoh asing berhenti mengomentari kematian Liu Xiaobo, peraih Nobel Perdamaian 2010 yang dianggap membangkang, dalam usia 61 tahun, Kamis (13/7/2017).

"Kami minta negara lain menghormati kedaulatan hukum China dan tidak mencampuri urusan dalam negeri China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Beijing, Jumat pagi.

Geng dalam pesan tertulis berbahasa Mandarin dan Inggris yang dikirimkan melalui WeChat itu menyatakan bahwa Xiaobo terbukti melanggar undang-undang yang berlaku di China.

Terkait diagnosis kanker hati yang dialaminya, lanjut dia, pihak terkait dan lembaga kesehatan China telah berupaya maksimal untuk memberikan perawatan secara manusiawi dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"China itu negara berdasarkan undang-undang. Kasus Liu Xiaobo merupakan urusan dalam negeri China dan negara-negara asing tidak berhak memberikan komentar yang tidak patut," kata Geng.

Sebelumnya, Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian menyatakan sedih atas kematian Xiaobo dan menyerukan penguasa China agar mengizinkan istri dan keluarganya bergerak secara bebas.

"Kendati telah mengalami masa penahanan yang cukup lama lebih 30 tahun, dia tak pernah berhenti membela, dengan keberanian, hak-hak fundamental dan kebebasan berbicara," katanya sebagaimana dikutip Kantor Berita Reuters, Kamis (13/7/2017).

Ia menyatakan bahwa masalah hak-hak asasi manusia menjadi prioritas diplomasi Prancis di seluruh dunia.

"Oleh karena itu, isu ini adalah bagian dari dialog kami dengan China," kata Le Drian menambahkan.

Kanselir Jerman Angela Merkel melukiskan Xiaobo sebagai "pejuang bagi hak-hak sipil dan kebebasan berbicara yang berani".

Juru bicara Merkel juga dalam tulisan di Twitter mengatakan kanselir mengirim ucapan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Xiaobo.

Sementara itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengharapkan China menunjukkan kepercayaan diri dan mendukung reformasi politik, setelah kematian Xiaobo itu, demikian Kantor Berita Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper