Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KTT G20, Trump, dan Inter Milan

28 April 2010 bisa dikatakan sebagai salah satu tanggal yang cukup dikenang oleh para penggemar sepak bola di dunia. Sebab, di hari itu, digelar sebuah pertandingan yang mungkin paling dikecam oleh para penggemar sepakbola kolektif dan atraktif.
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kedua kiri), berpose bersama para pemimpin dan kepala negara anggota G20 saat sesi foto bersama pada hari pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7). REUTERS/Wolfgang Rattay
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kedua kiri), berpose bersama para pemimpin dan kepala negara anggota G20 saat sesi foto bersama pada hari pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7). REUTERS/Wolfgang Rattay

28 April 2010 bisa dikatakan sebagai salah satu tanggal yang cukup dikenang oleh para penggemar sepak bola di dunia. Sebab, di hari itu, digelar sebuah pertandingan yang mungkin paling dikecam oleh para penggemar sepakbola kolektif dan atraktif.

Kala itu, Inter Milan berhasil menyingkirkan  FC Barcelona dari Liga Champions melalui sebuah strategi yang kurang lazim. Anak asuh Jose Mourinho memeragakan stategi yang dikenal dengan sebutan ‘parkir bus’.

Melalui strategi itu, Inter berhasil membuat Barcelona yang kala itu dipuja sebagai tim dengan kolektivitas terbaik di dunia melalui strategi tiki-taka, merasa frustasi selama 90 menit karena rapatnya pertahanan Inter.

Dalam hal ini, Inter menerapkan strategi ‘parkir bus’ dengan menempatkan 9 pemain di lini pertahanan dan menyisakan satu penyerang di depan. Tujuannya memperkuat pertahanan dengan menumpuk pemain di lini belakang.

Alhasil, kendati kalah 1-0 di pertandingan itu, Inter berhasil lolos karena telah mengantongi kemenangan 3-1 di pertandingan pertama. Klub asal Milan itu berhak lolos ke pertandingan selanjutnya di babak final melawan Bayern Munchen. Klub itu pun akhirnya juga berhasil keluar sebagai juara.

Kala itu, kecaman dari berbagai pihak datang sangat deras ke Inter dan Mourinho. Mereka dituding merusak keindahan sepakbola. Kendati, kritikan terus datang, toh pada  akhirnya Inter berhasil menjadi juara. Mourinho pun seakan tutup telinga dengan hujatan publik tersebut.

Lalu apa hubungannya antara strategi Inter tersebut dengan G20 dan Amerika Serikat (AS)? Menarik jika kita menilik sepak terjang AS dan pemimpinnya Presiden Donald Trump di KTT G20 di Hamburg pada 7-8 Juli lalu.

Dalam pertemuan itu, AS dan Trump datang sebagai pihak yang paling disorot oleh publik dunia. Tak lain tak bukan, sorotan itu datang karena sikap Paman Sam yang menolak mengikuti sejumlah kesepakatan global.

Kesepakatan yang paling mencolok dimentahkan oleh AS itu adalah perang terhadap aksi proteksionisme dan penanganan perubahan iklim. Hal itu, menurut Direktur Pusat Kajian Amerika Serikat dan Eropa di Brookings Institutio Thomas Wright, membuat AS seolah-olah melawan 19 negara lain di G20.

“Mereka cukup terisolasi,” kata Wright.

Isolasi itu semakin nyata ketika Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emannuel Macron dan Presiden Xi Jinping menyuarakan tuntutan terbuka ke AS untuk menghentikan rencana proteksi perdagangan dan kebijakan menarik diri dari Perjanjian Paris.

Jinping bahkan secara terang-terangan mengritik AS saat dia memberikan pidato di pembukaan KTT G20 tersebut. Meski tak secara eksplisit menyebut nama Amerika Serikat (AS), namun dalam pidatonya Jinping mengganti subjek kritikannya dengan sebutan ‘negara maju utama’.

Dia menuding negara tersebut telah secara sengaja memicu risiko geopolitik dengan sejumlah kebijakan luar negerinya. Dia juga mengritik negara tersebut atas langkahnya menarik diri dari arus globalisasi dunia dan mengadopsi proteksionisme.

Menurutnya, sikap negara maju utama tersebut telah secara langsung memengaruhi upaya negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, dan China) untuk memacu kembali pertumbuhan ekonomi dunia.

Adapun, Macron juga melemparkan kritiknya kepada Trump. Dia menyebutkan bahwa dia menentang pandangan Trump mengenai rencana kebijakan proteksi perdagangannya. Menurutnya tidak masuk akal jika menjadikan defisit neraca perdagangannya dengan negara lain sebagai indikator untuk melakukan tindakan proteksi perdagangan

“Menjadi kesalahan besar menilai keuntungan perdagangan sebuah negara melalui defisit atau surplusnya,” kata Macron sembari mengacungkan iPhone-nya,sebagai bentuk kritik atas AS.

 

'Kemenangan' Trump dan AS

Namun, seperti halnya Mourinho dan Inter Milan pada 2010, Trump seolah tak mau tahu dan menganggap kebijakannya adalah strategi yang tepat bagi negaranya. Dia bahkan balik menuding negara lain berkonspirasi menjadikannya sebagai target kritikan.

Selama makan siang pada sesi diskusi mengenai perdagangan pada Jumat (7/7), Trump mengatakan kepada para pemimpin dunia bahwa kebijakan daganganya adalah upaya untuk melindungi AS. Dia menegaskan akan selalu membela pekerja AS.

Trump bahkan menjadikan isu kelebihan pasokan baja global untuk menyerang balik China dan negara-negara Eropa lain. Dia juga bahkan menegaskan Washington tak berpikir sama sekali untuk kembali bergabung dalam Perjanjian Paris.

“Tekanan negara lain di G20, yang awalnya diperkirakan akan membuat AS melunak terkait proteksionismenya, rupanya gagal membuahkan hasil. AS dan Trump menujukkan keras kepalanya, dan ini tentu menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi global,” kata Bhima Yudistira, ekonom Indef, Minggu (9/7).

Puncak kemenangan Trump dan AS, kalau boleh disebut, melalui strategi ‘parkir bus’nya itu pun membuahkan hasil. Dalam kesepakatan bersama pemimpin negara G20, mereka sepakat mengecualikan AS dalam kebijakan perang terhadap aksi proteksionisme.

G20 sepakat mengakui kebijakan penggunaan instrumen pertahanan perdagangan terbatas yang juga disebut sebagai pengenaan tarif impor khusus. Sejumlah pengamat menilai, poin tersebut adalah sebuah akomodasi atas sikap keras kepalanya AS dan Trump.

Layaknya aksi Mourinho yang dikenal dengan victory lap saat menyingkirkan Barcelona, Trump pun punya selebrasi tersendiri ketika berhasil mempertahankan prinsipnya di G20. Dalam cuitanya di akun Twitter-nya, Sabtu (8/7), dia sama sekali tak menunjukkan sikap meledak-ledak atau marahnya.

“KTT G20 adalah sebuah kesuksesan yang luar biasa dan dilakukan dengan indah oleh Kanselir Angela Merkel,” cuit Trump sesaat setelah dia naik ke Air Force One.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper