Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang G20, Erdogan Dibully Karya Instalasi Seni

Beberapa hari sebelum menghadiri pertemuan G20 di Jerman, Presiden Turki Tayyip Erdogan telah mendapat sambutan tak mengenakan.
Presiden Turki Tayyip Erdogan/Reuters
Presiden Turki Tayyip Erdogan/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA -- Beberapa hari sebelum menghadiri pertemuan G20 di Jerman, Presiden Turki Tayyip Erdogan telah mendapat sambutan tak mengenakan.

Pada Selasa (4/7/2017), Turki mengutuk karya instalasi di depan Gedung Kanselir Jerman yang bernuansa hasutan kekerasan karena dianggap menggambarkan Erdogan sebagai diktator.

Kementerian Luar Negeri Turki, yang hubungannya membururuk dengan Berlin dalam satu tahun terakhir karena masalah politik dan isu keamanan, menilai masalah itu terjadi karena kepolisian Jerman membiarkan hal tersebut. Demikian dilansir Reuters, Rabu (5/7/2017).

Sebuah video televisi Reuters memperlihatkan karya instalasi tersebut berupa satu unit mobil hitam terbungkus spanduk hi9tam yang dicetak dengan gambar Erdogan, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz. Spanduk itu bertuliskan, "Anda ingin mobil ini? Bunuh kediktatoran."

Pengeritik di Turki dan luar negeri menuduh Erdogan telah meningkatkan otoritarianisme terkait pembersihan ribuan pejabat negara dan menangkap mereka menyusul kudeta militer yang gagal pada Juli lalu. Erdogan mengatakan, tindakan tersebut dibutuhkan untuk memastikan stabilitas pemerintahannya menyusul upaya pemberontakan yang menewaskan lebih dari 240 orang.

Terkait instalasi tersebut, Kementerian Luar Negeri Turki berharap pihak berwenang Jerman menghentikan tindakan tersebut. "Ungkapan di spanduk..., membuat seruan langsung untuk melakukan kekerasan."

Protes Turki terjadi sehari setelah pemerintah Jerman mendesak Erdogan untuk menghormati permintaannya untuk tidak memanggil orang-orang Turki di Jerman pada puncak pertemuan G20 di Hamburg.

Erdogan marah dan menyebut sikap Jerman itu sebagai taktik era Nazi ketika beberapa otoritas lokal Jerman dengan alasan keamanan melarang politisi Turki berkampanye di Jerman menjelang referendum Turki pada April.

Terkait itu, juru bicara Kemenlu Jerman enggan berkomentar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dika Irawan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper