Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Leonika Sari, sang 'Penyelamat Nyawa' lewat Aplikasi

Dari 10 orang yang membutuhkan darah, tiga di antaranya tidak dapat terpenuhi. Setiap tahunnya, setidaknya dibutuhkan 5 juta kantong darah untuk memenuhi permintaan di seluruh Indonesia. Adapun, yang terpenuhi hanya 3-4 juta saja.

Bisnis.com, JAKARTA -- Dari 10 orang yang membutuhkan darah, tiga di antaranya tidak dapat terpenuhi. Setiap tahunnya, setidaknya dibutuhkan 5 juta kantong darah untuk memenuhi permintaan di seluruh Indonesia. Adapun, yang terpenuhi hanya 3-4 juta saja.

Seperti diketahui dari data Kementerian Kesehatan, ketersediaan darah untuk Indonesia sendiri secara ideal adalah 2,5% dari total jumlah penduduk. Jika jumlah penduduk Indonesia lebih dari 247 juta jiwa, maka idealnya dibutuhkan darah lebih dari 4,9 juta kantong darah.

Sementara itu, data yang terhimpun pada 2013, jumlah darah yang terkumpul dari donor hanya lebih dari 2.4 juta. Itu berarti, secara nasional, terdapat kekurangan kebutuhan darah juga lebih dari 2.4 juta.

Akibat kekurangan kantong darah, tak jarang banyak rumah sakit yang kesulitan memenuhi kebutuhan pasien yang akan berakibat pada hilangnya nyawa pasien.

Kondisi ini ternyata menginspirasi seorang perempuan asal Surabaya, Leonika Sari Njoto Boedioetomo untuk membuat aplikasi startup yang mendorong masyarakat untuk mendonorkan darahnya. Aplikasi ini juga dapat memudahkan seseorang untuk mencari lokasi terdekat untuk mendonorkan darahnya.

Leo, sapaan akrab Leonika bersama teman-temannya mendirikan startup bernama Reblood pada 2015. Keinginan Leo berawal dari banyaknya pesan-pesan broadcast yang diterima tentang pasien yang membutuhkan darah saat masih di bangku kuliah. “Hampir tiap minggu dapat pesan serupa,” kata Leo beberapa waktu lalu saat menghadiri panggung motivator di kawasan Menteng, Jakarta.

Keinginan kuat Leo akhirnya dimulai saat dirinya mengikuti Start-Up Surabaya, sebuah program untuk pebisnis muda yang mau memulai karir entrepreneur. Saat mengikuti program tersebut, tantangan pertama yang dihadapi Leo adalah menjadi programmer perempuan yang saat itu masih banyak didominasi oleh kaum adam.

Meski menjadi tantangan, Leo merasa sangat bersemangat mengikuti program tersebut lantaran salah satu mentornya adalah Tri Rismaharini yang tak lain adalah Wali Kota Surabaya. “Beliau [Bu Risma] selalu menceritakan pengalaman dan memberikan saya motivasi. Di situ saya merasa sangat tertantang,” katanya.

“Tidak ada sukses tanpa kerja keras. Susah itu bukan berarti mustahil,” kata Leo. Dua kalimat inilah yang selalu membakar semangatnya untuk menolong orang-orang yang membutuhkan darah. Lewat keahliannya sebagai programmer, Leo menyelamatkan banyak nyawa lewat teknologi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper