Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Qatar Bantah Kekalahannya Atas Sanksi Diplomatik Arab Saudi Cs

Menteri Keuangan Qatar Ali Sherif al-Emadi membantah kekalahan negaranya atas sembilan negara pemberi sanksi pemutusan diplomatik, terutama di sektor ekonomi.
Menteri Keuangan Qatar Ali Sherif al-Emadi /Reuters
Menteri Keuangan Qatar Ali Sherif al-Emadi /Reuters

Bisnis.com, DOHA— Menteri Keuangan Qatar Ali Sherif al-Emadi membantah kekalahan negaranya atas sembilan negara pemberi sanksi pemutusan diplomatik, terutama di sektor ekonomi.

Dia menegaskan, Qatar dapat dengan mudah mempertahankan laju pertumbuhan ekonominya terutama nilai tukar mata uang di tengah hukuman yang berlaku. Menurutnya, negara-negara yang memberlakukan sanksi juga akan kehilangan dananya karena kerusakan bisnis di wilayahnya akibat pemberlakuan sanksi tersebut.

"Banyak orang mengira kita satu-satunya yang kalah dalam konflik ini. Padahal, jika kita akan kehilangan satu dolar, mereka juga akan kehilangan satu dolar," ujarnya,seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/6/2017).

Emadi juga menegaskan sektor energi dan terutama aktivitas produksi gas alam cair (LNG) pada dasarnya masih beroperasi seperti biasa. Dia juga melihat tidak ada dampak serius pada pasokan makanan atau barang lainnya ke dalam negeri.

Pasalnya, Qatar dapat mengimpor barang dari Turki, negara Timur Tengah lain atau Eropa. Pemerintah di Doha juga akan merespons krisis tersebut dengan melakukan diversifikasi pada perekonomiannya.

"Cadangan dan dana investasi kami lebih dari 250% terhadap produk domestik bruto, jadi saya rasa tidak ada alasan mengapa orang perlu khawatir dengan apa yang terjadi atau spekulasi mengenai riyal Qatar," lanjutnya.

Ketika ditanya apakah Qatar perlu menghimpun dana dengan menjual saham yang dimiliki negara di perusahaan-perusahaan besar negara Barat, Emadi mengindikasikan bahwa kebijakan itu belum akan diambil dalam waktu dekat.

Emadi juga menegaskan kendati harga obligasi Qatar telah turun tajam, dia tidak melihat perlunya pemerintah masuk ke pasar dan membeli obligasi tersebut untuk mendukung harga.

Seperti diketahui, nilai saham gabungan Qatar terekam anjlok hingga US$11 miliar sepanjang pekan lalu dan menjadi yang terbesar sejak 2010. Adapun, kontrak untuk melindungi potensi default berada pada tingkat tertingginya sepanjang sejarah.

Selain itu  indeks saham acuan Qatar pekan lalu merosot 7,1% dan menjadi kinerja mingguan terburuk sejak Desember 2014. Seiring ketegangan yang meningkat selama sepekan lalu, indeks saham Qatar juga menjadi yang terburuk di Timur Tengah.

Sementara itu, imbal hasil pada US$3,5 miliar surat utang negara yang jatuh tempo pada 2026 tercatat naik lebih dari 40 basis poin dalam lima hari sampai Jumat (9/6/2017). Fenomena itu terjadi setelah S & P Global Ratings menurunkan rating kredit  jangka panjang Qatar satu tingkat ke level AA-. Perusahaan pemeringkat itu khawatir keuangan negara akan terkena dampak dari konflik diplomatik tersebut.

Kebijakan penurunan peringkat kredit juga dilakukan oleh Moody's Investors Service pekan lalu.  Mereka memprediksi, kasus pengucilan Qatar itu akan memacu peningkatan arus keluar investasi asing. Alhasil cadangan devisa akan terus tergerus  dan melemahkan posisi likuiditas Qatar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper