Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangdam IX/Udayana: Jangan Ajari WNI di Dalam Negeri Soal Toleransi

Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar Indonesia jangan pernah bermimpi untuk mengajari apa arti dari toleransi antarumat beragama kepada masyarakat Indonesia.
Ilustrasi: Sejumlah seniman membawa lambang Garuda Pancasila saat Kirab Grebeg Pancasila di Blitar, Jawa Timur, Rabu (31/5)./Antara-Irfan Anshori
Ilustrasi: Sejumlah seniman membawa lambang Garuda Pancasila saat Kirab Grebeg Pancasila di Blitar, Jawa Timur, Rabu (31/5)./Antara-Irfan Anshori

Kabar24.com, KUPANG - Peringatan tegas disampaikan Panglima Kodam IX/Udayana kepada WNI yang berada di luar negeri.

Panglima Kodam IX/Udayana Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak menegaskan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar Indonesia jangan pernah bermimpi untuk mengajari apa arti dari toleransi antarumat beragama kepada masyarakat Indonesia.

"Jangan pernah bermimpi untuk mengajari soal toleransi kepada masyarakat Indonesia. Sebab guru besar dan profesornya toleransi ada di Indonesia," katanya kepada wartawan di sela-sela kunjungannya ke Rumah Sakit Tentara (RST) Wirasakti Kupang, Selasa (6/6/2017).

Hal ini disampaikannya menyusul munculnya riak-riak intoleransi di Indonesia yang diduga dilakukan masyarakat Indonesia yang meninggalkan Indonesia untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal serta teroris di luar negeri.

Ia mengatakan berbicara soal toleransi sejak zaman kemerdekaan Indonesia sudah menjadi negara toleransi terbaik di dunia.

Hal tersebut terbukti dengan adanya Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sila pemersatu antar umat beragama di Indonesia.

"Para pendahulu kita, pendiri bangsa ini sejak tahun 1945-an sudah memikirkan soal toleransi, walaupun pendiri negara kita saat itu beragama Muslim, namun mereka mau menciptakan sila pertama Pancasila yang berlaku bagi seluruh agama di Indonesia," tambahnya.

Ia menegaskan sudah kodratnya Indonesia itu beragam. Sudah koodratnya Indonesia itu berbeda, sebab jikalau tidak berbeda maka negara ini bukan disebut sebagai Indonesia.

"Kalau Indonesia hanya orang batak, hanya orang Jawa, orang NTT dan sebagainya bukan namanya Indonesia. Kita dikatakan Indonesia karena kita beragam, dan kita berbeda-beda tetapi tetap satu di bawah kaki Pancasila," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengharapkan NTT, khususnya Kota Kupang dapat menjadi embrio untuk menjaga dan menjegal masuknya paham-paham radikal yang berkaitan dengan intoleransi.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk menangkal paham-paham radikal dan menjaga toleransi antarumat beragama pihaknya menggelar "Patroli Kongko-Kongko" yang berbicara soal Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper