Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LAPORAN DARI TOKYO: Kebijakan Proteksionisme AS Bisa Jadi Bumerang

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan terwujudnya ide proteksionisme akan memperbesar biaya untuk ekonomi di AS. Kebijakan tersebut bisa menekan pendapatan riil warga mereka.
Wakil Presiden Jusuf Kalla berpidato dalam Konferensi Internasional ke-23 tentang Masa Depan Asia di Hotel Imperial, Tokyo, Jepang, Senin (5/6)./Antara-Akbar Nugroho Gumay
Wakil Presiden Jusuf Kalla berpidato dalam Konferensi Internasional ke-23 tentang Masa Depan Asia di Hotel Imperial, Tokyo, Jepang, Senin (5/6)./Antara-Akbar Nugroho Gumay

Kabar24.com, TOKYO — Kebijakan proteksionisme yang akan diterapkan oleh Amerika Serikat dinilai bisa menjadi bumerang bagi Negeri Paman Sam.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan terwujudnya ide proteksionisme akan memperbesar biaya untuk ekonomi di AS. Kebijakan tersebut bisa menekan pendapatan riil warga mereka.

"Rencana untuk meningkatkan hambatan perdagangan akan meningkatkan harga barang di AS, karena mereka harus beralih dari barang murah yang diimpor dari Asia ke produk domestik yang lebih mahal," kata Kalla saat memberikan pidato pada 23rd International Conference on The Future of Asia, Senin (5/6/2017).

Dia mengakui kebijakan tersebut mungkin bisa secara cepat menciptakan lapangan kerja, terutama di industri manufaktur dalam negeri. Namun, dalam jangka panjang, penurunan pendapatan riil Amerika akan berdampak pada permintaan barang dan memicu penurunan ekonomi secara spiral.

Kebijakan pemerintahan Donald Trump, lanjutnya, dinilai lebih inward looking dibandingkan dengan presiden sebelumnya. Namun, seiring demokrasi yang matang, AS memiliki mekanisme internal untuk menghindari ayunan kebijakan yang terlalu ekstrim.

Kalla memaparkan mekanisme berjalan dengan baik dengan ditunjukkan oleh penolakan terhadap janji kampanye Presiden Trump, termasuk membangun tembok melintasi perbatasan USA-Mexico, mengurangi pajak perusahaan, dan melarang umat Islam memasuki AS.

"Berita baiknya, populisme punya batas. Kesadaran masyarakat akan terbentuk dan menjadi lebih realistis," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper