Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NTP di Bawah 100, Petani Sulut Kurang Sejahtera

Badan Pusat Stastistik (BPS) melansir indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara mencapai 92,15 per Mei 2017, naik 0,30% dibandingkan April 2017. Dalam setahun terakhir, indeks NTP Sulut tidak pernah mencapai angka 100 yang mencerminkan hasil pertanian tidak pernah impas dengan biaya hidup petani.
Petani menanam bibit padi pada musim tanam
Petani menanam bibit padi pada musim tanam

Bisnis.com, MANADO -- Badan Pusat Stastistik (BPS) melansir indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara mencapai 92,15 per Mei 2017, naik 0,30% dibandingkan April 2017. Dalam setahun terakhir, indeks NTP Sulut tidak pernah mencapai angka 100 yang mencerminkan hasil pertanian tidak pernah impas dengan biaya hidup petani.

Mohamad Edy Mahmud, Kepala BPS Perwakilan Sulawesi Utara mengatakan NTP Sulut merupakan yang terendah dibandingkan dengan lima provinsi lain di Pulau Sulawesi. Dia mengungkapkan, salah satu penyebab rendahnya NTP Sulut yakni indeks konsumsi rumah tangga yang terbilang tinggi sebesar 130,59. Pergeseran pola konsumsi ke produk-produk makanan jadi menurut Edy menjadi salah satu penyebab tinggina indeks rumah tangga petani.

"Bahan makanan di pedesaan memang lebih murah. Tapi pola konsumsi rumah tangga di produk makanan jadi besar sekali dan kita tahu pusat distribusi [makanan jad] itu ada di kota sehingga untuk sampai di desa pasti ada biaya transportasi [yang menyebabkan harga lebih tinggi]," jelas Edy kepada Bisnis.com di Manado, Jumat (2/6/2017).

Sebagaimana diketahui, NTP merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. NTP mengukur kemampuan produk yang dihasilkan petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk produksi maupun konsumsi rumah tangga. Semakin tinggi NTP, kesejahteraan petani semakin tinggi.

Di sisi lain, per Mei 2017 NTP Sulut sedikit meningkat karena beberapa komoditas seperti wortel, pepaya, nanas, kakao, cengkih, dan komoditas lainnya mengalami kenaikan. Ini tercermin dari kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,34%. Di samping itu, deflasi sebesar -0,06% juga menjadi salah satu penyebab kenaikan NTP.

Secara historis, dalam kurun waktu setahun terakhir, NTP Sulut tertinggi berada di level 97 yang terjadi pada Juni 2016 dan Juli 2016. Selepas itu, NTP terus melandai hingga ke titik terendah pada Maret 2017 sebesar 91,65.

Edy mengatakan, indeks NTP di bawah 100 mencerminkan kondisi di mana petani belum menikmati kenaikan harga hasil pertanian. "Contohnya, saat harga rica [di Manado] Rp133.000, di tingkat petani kurang dari Rp70.000," ujarnya. Dia menilai, perlu ada perbaikan pada pola distribusi dan tata niaga pertanian agar NTP Sulut bisa mencapai di atas 100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper